Suasana pemakaman jenazah pasien COVID-19 di Saint Petersburg, Rusia, pada 5 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Anton Vaganov
Ketika banyak pemerintah di dunia mulai berjuang menghadapi pandemik yang semakin melonjak pada Februari, Rusia melaporkan kasus dan kematian yang relatif lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain di Eropa.
Belakangan, jumlah kasus mulai melonjak di negara bekas Uni Soviet itu, pemerintah Rusia pun dituding menyembunyikan angka kasus sesungguhnya. Tudingan paling keras muncul dari media-media di Amerika Serikat, salah satunya The New York Times.
Dalam pemberitaan pada Mei lalu, media itu mengutip data kematian yang dikeluarkan pemerintah Rusia. Walau pemerintah menyatakan penyebab kematian tidak hanya COVID-19, tapi analisis yang muncul adalah kematian karena SARS-CoV-2 sejatinya lebih tinggi dari yang diumumkan.
Data itu mengungkap kematian di Moscow pada April, lebih dari 1.700 kematian, lima kali lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama selama lima tahun terakhir. Angka itu jauh lebih tinggi daripada jumlah kematian resmi akibat COVID-19 yang dikeluarkan pemerintah yaitu 642.
The New York Times menyebutnya "suatu indikasi pengurangan laporan yang signifikan oleh otoritas [Rusia]".
Kemudian, pada awal Juni lalu, Reuters mengutip data "kematian karena semua penyebab" yang dirilis oleh pemerintah kota St. Petersburg. Salah satu penyebabnya adalah COVID-19. Kota terbesar kedua di Rusia itu mencatatkan lebih dari 1.400 kematian pada bulan Mei.
Sama seperti laporan The New York Times, angka itu juga menunjukkan jumlah kematian di atas rata-rata untuk periode yang sama sepanjang lima tahun terakhir. Peningkatannya pun mencapai hampir 30 persen.
ABC News melansir kata pakar yang menduga ini memperlihatkan "kemungkinan adanya ratusan kematian akibat virus corona lebih banyak dibandingkan yang dicatat secara resmi" oleh pemerintah kota yaitu 171 jiwa.