Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Rusia, Vladimir Putin. twitter.com/KremlinRussia_E
Presiden Rusia, Vladimir Putin. twitter.com/KremlinRussia_E

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut gelombang sanksi dari negara-negara Barat serupa dengan deklarasi perang. Meski demikian, dia menyebut tidak ada kondisi yang mendesak Rusia memberlakukan status darurat.

"Puji Tuhan, tidak sampai ke situ," ujar Putin Sabtu (5/3/2022), dilansir BBC. Hal itu disampaikan Putin dalam pertemuan dengan para perempuan awak penerbangan dari beberapa maskapai Rusia.

1. Rusia pede tidak perlu berlakukan keadaan darurat

Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dokumen termasuk dekrit yang mengakui dua wilayah memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai entitas independen dalam sebuah upacara di Moskow, Rusia, Senin (22/2/2022). ANTARA FOTO/Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin via REUTERS/aww/sad.

Putin juga mengatakan bahwa status keadaan darurat tidak perlu diberlakukan di Rusia. Dia menyebut tidak ada ancaman yang benar-benar nyata, meski didera berbagai sanksi dari negara-negara Barat, dilansir BBC.

Deretan sanksi bagi rusia telah membuat kondisi perekonomian Rusia karut marut. Pasar tidak dapat diinvestasikan dengan bank sentral dilumpuhkan oleh sanksi, mata uang rubel anjlok hingga 30 persen. Bank sentral pun menaikkan suku bunga acuan lebih dari dua kali lipat hingga 20 persen.

Bank-bank besar diblokir dari sistem pembayaran internasional dan kontrol modal yang menghambat aliran uang. Di berbagai daerah, terlihat antrean panjang warga di ATM untuk menarik uang asing, dilansir Business Insider.

2. Rusia tidak takut diisolasi negara Barat

Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin. (Twitter.com/spriters)

Sebelumnya, juru bicara kantor kepresidenan Rusia, Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Rusia tidak khawatir sanksi negara Barat karena Negara Beruang Merah itu terlalu besar untuk diisolasi, dilansir Reuters.

"Ini tidak berarti Rusia terisolasi. Dunia terlalu besar jika Eropa dan Amerika mengisolasi sebuah negara, dan terlebih lagi negara sebesar Rusia. Ada banyak negara di dunia ini," ujarnya seraya menyebut bahwa Barat terlibat dalam "banditisme ekonomi" terhadap Rusia.

3. Putin sudah teken dekret kebijakan ekonomi baru untuk atasi sanksi

Kremlin (guiarus.com)

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekret yang merilis sejumlah kebijakan sementara bidang ekonomi pada Selasa (1/3/2022), dilansir Xinhua. Ini dilakukan Putin untuk menjamin stabilitas keuangan negara tersebut, di tengah tekanan dari berbagai sanksi yang dialamatkan kepada Rusia.

Amerika Serikat (AS) dengan melarang dua bank Rusia, yakni Vnesheconombank (VEB) dan Promsvyazbank (PSB) bertransaksi di Negeri Paman Sam tersebut. Aset-aset Rusia di AS juga telah dibekukan.

Sementara itu, Komisi Eropa juga telah memberikan sanksi pada Rusia berupa pembekuan cadangan internasional Bank Sentral Rusia senilai 630 miliar dolar AS. Pembekuan itu melumpuhkan aset-aset Bank Sentral Rusia, membekukan transaksi, sehingga Bank Sentral Rusia tidak bisa mencairkan asetnya.

Negara-negara barat juga telah sepakat mendepak Rusia dari sistem perbankan Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). Padahal, sistem tersebut berperan penting dalam transaksi pembayaran dan pengiriman dana internasional.

Tak hanya itu, sebagian besar negara Eropa dan negara tetangga, telah menutup akses ke wilayah udara mereka dari pesawat Rusia. Maskapai pesawat Rusia ditolak di belasan negara sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina.

Editorial Team