Surabaya, IDN Times - Berita tentang keinginan sejumlah bekas jihadis dan simpatisan kelompok teroris ISIS asal Indonesia kembali ke Tanah Air, menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat. Di satu spektrum, ada yang menolak keras jika pemerintah menerima mereka kembali.
Tak sedikit yang mengecam keputusan mereka untuk meninggalkan Tanah Air demi bergabung dengan ISIS di Timur Tengah. Di spektrum berbeda, ada yang berpendapat mereka sebaiknya diterima dengan berbagai pertimbangan.
Misalnya, menurut Alissa Wahid, harus "ada asesmen" untuk mengetahui motif dan apa saja yang mereka lakukan selama berada di Suriah.
"Kan ada orang-orang yang berangkat ke sana dibawa oleh pimpinannya atau keluarganya. Kalau sebagai pengikut kan hidupnya pasti traumatik di sana. Nah, orang-orang seperti ini harus disembuhkan, terus pulang ke Indonesia,” tambahnya.
Sebenarnya, pro dan kontra tentang apa yang harus dilakukan pemerintah kepada warga negaranya yang menjadi jihadis atau simpatisan ISIS tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat juga merasakan dilema serupa. Mereka memperlihatkan keengganan, bahkan penolakan.