Melansir BBC, demi mengekang penyebaran virus di sekolah, Prancis pada 2 Januari, sehari sebelum tahun ajaran baru dimulai, mengumumkan bahwa siswa yang positif harus mengikuti tes antigen atau PCR. Mereka kemudian harus melakukan tes mandiri dua dan empat hari kemudian, sebelum kembali ke kelas untuk mengikuti pembelajaran tatap muka.
Lonjakan kasus COVID-19 menyebabkan peningkatan pada pengujian, yang memicu antrean panjang di luar apotek untuk melakukan tes.
Karena peningkatan tes yang melonjak, pemerintah melonggarkan aturan pemeriksaan virus bagi pelajar, yang diumumkan oleh Perdana Menteri Jean Castex. Dia menyampaikan bahwa siswa diperbolehkan melakukan tes mandiri, tidak harus PCR, bila ada yang terinfeksi di kelas mereka.
Namun, perubahan itu memicu kekhawatiran akan meningkatnya penyebaran virus di sekolah. Saat ini negara itu telah mengalami lonjakan kasus yang signifikan, terutama karena varian Omicron, dengan jumlah kasus harian kembali memecahkan rekor pada hari Selasa, yaitu ada 368.149 kasus baru.
Dalam aksi unjuk rasa, serikat menuntut penerapan aturan sebelumnya, yang menutup kelas selama seminggu jika seorang siswa dinyatakan positif. Selain itu guru juga meminta adanya pembagian masker berkualitas tinggi, lebih banyak pengujian di sekolah, dan bantuan untuk sirkulasi udara yang lebih baik.
Menanggapi aksi protes, Castex telah bertemu dengan perwakilan guru pada hari Kamis.