Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pawai anti kekerasan terhadap perempuan di Argentina. (twitter.com/Sergio Massa)
Pawai anti kekerasan terhadap perempuan di Argentina. (twitter.com/Sergio Massa)

Jakarta, IDN Times- Ribuan warga Agentina melangsungkan pawai antikekerasan terhadap perempuan pada Jumat (3/6/2022). Pawai ini diselenggarakan di ibu kota Argentina, Buenos Aires, tepatnya di depan gedung parlemen Argentina.

Pawai ini disebut sebagai Ni Una Menos, yang artinya Setiap Perempuan Berharga. Tahun ini adalah tahun ketujuh pawai ini telah dilaksanakan, dilansir dari Reuters.

1. Penyalaan lilin di gedung parlemen Argentina

Setelah melakukan pawai di jalanan kota Buenos Aires, para pengunjuk rasa berkumpul di depan gedung parlemen Argentina. Pada acara puncak itu, para pengunjuk rasa menyalakan lilin untuk mengenang para korban kekerasan berbasis gender.

Beberapa pengunjuk rasa membentangkan spanduk dengan tulisan "kami ingin tetap hidup". Sementara yang lain memegang foto-foto korban pembunuhan.

Malam itu, lampu-lampu berwarna merah muda menerangi gedung parlemen Argentina sebagai wujud solidaritas, dilansir dari Metro UK.

2. Kekerasan terhadap perempuan marak terjadi di Argentina

Aksi protes ini dilakukan untuk menuntut pemerintah agar segera mengusut tuntas berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan yang hingga kini tak terselesaikan. Hal semacam ini memang cukup sering terjadi di Argentina.

Menurut Kantor Perempuan Mahkamah Agung Argentina, pada tahun lalu, setidaknya ada satu perempuan yang tewas terbunuh setiap 35 jam di Argentina. Sekitar 81 persen dari mereka yang terbunuh merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga.

3. Sistem peradilan di Argentina dinilai patriarki

Para pengunjuk rasa mengkritik sistem peradilan Argentina yang dinilai patriarki. Banyak laporan dari korban kekerasan dalam rumah tangga yang diabaikan oleh kepolisian. Bahkan, dari korban yang terbunuh, beberapa pernah mengadukan kekerasan yang dialaminya ke kepolisian ataupun ke Kementerian Perempuan, namun laporannya diabaikan.

"Apa yang terjadi pada kami di sini adalah bahwa keadilan lambat dan patriarki," kata Alejandra Lume, seorang perempuan Argentina berusia 58 tahun yang membawa papan bertuliskan "perempuan tua juga dibunuh". 

“Meskipun banyak keluhan yang telah mereka buat, perempuan sering tidak didengarkan, mereka tidak diperhatikan dan umumnya mereka yang mati telah banyak membuat pengaduan,” dilansir dari Reuters.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team