Aksi protes terbagi di dua lokasi utama dengan tuntutan yang sedikit berbeda terkait posisi Sara Duterte. Kelompok kiri yang dipimpin Bayan mendesak agar Marcos dan Sara Duterte sama-sama mundur dari jabatannya. Sementara itu, kelompok oposisi lain di jalan bersejarah EDSA, yang didukung oleh Gereja Katolik, hanya mendesak Sara Duterte untuk mundur sembari menunggu bukti lebih lanjut mengenai keterlibatan Marcos.
Massa membawa patung raksasa yang menggabungkan wajah Marcos dan Sara Duterte menjadi buaya berkepala dua. Simbol yang dijuluki "corrupt-codile" ini merepresentasikan keserakahan dan korupsi yang melanda pemerintahan saat ini. Di lokasi lain, pendukung pro-Duterte justru membela sang wakil presiden dan menganggap tuduhan korupsi terhadapnya sebagai berita lama.
Dilansir Rappler, Sekretaris Jenderal Bayan, Raymond Palatino, menyatakan investigasi korupsi ini mengarah langsung ke istana kepresidenan. Palatino menegaskan bahwa kampanye antikorupsi ini tidak akan berakhir tanpa menargetkan presiden sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
“Dia (Marcos) pura-pura terkejut atas meluasnya korupsi, padahal dialah yang menyusun, menandatangani, dan mengimplementasikan anggaran yang dipenuhi dengan proyek korup dan sisipan anomali,” ujar Raymond Palatino, dilansir Al Jazeera.