Bendera nasional Tiongkok berkibar setengah tiang di Gerbang Xinhuamen Markas Kepemimpinan Zhongnanhai saat Tiongkok mengadakan hari berkabung nasional untuk mereka yang meninggal dunia akibat COVID-19 di Beijing, China, pada 4 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Sementara di Tiongkok, selama berminggu-minggu ketika puncak wabah virus corona berlangsung, keluarga dilarang mengambil abu jenazah COVID-19. Kini, begitu jumlah kasus dan kematian mengalami penurunan, pemerintah menuntut keluarga untuk memakamkan jenazah dengan cepat dan tenang.
Liu Pei’en, seorang warga yang kehilangan ayahnya karena COVID-19, mengatakan kepada The New York Times bahwa pemerintah menyuruh dua petugas untuk menemaninya ke rumah duka. Di sana, ia diperintahkan untuk menyelesaikan ritual selama 20 menit. Kepergian ayah Liu tidak diiringi dengan hadirnya anggota keluarga lain.
Kegeraman terjadi bukan hanya karena kecurigaan bahwa pemerintah menyembunyikan jumlah kasus COVID-19 yang sesungguhnya, tapi juga sikap mengontrol bagaimana keluarga yang ditinggalkan harus berduka. Pada Sabtu (4/4), pemerintah mengadakan hari berkabung tahunan secara nasional untuk menghormati dan mendoakan para jenazah yang meninggal.
Bendera dikibarkan setengah tiang, kegiatan dihentikan, dan alarm dibunyikan selama lima menit mulai pukul 10.00 pagi. Para jenazah disebut sebagai martir dan kompatriot yang berkorban demi perang melawan wabah, bukan korban dari virus itu sendiri.