Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_1918.jpeg
Rob Jetten, calon PM baru Belanda. (X.com/@RobJetten)

Intinya sih...

  • Rob Jetten, politisi muda simbol harapan baru

  • Dari julukan 'Robot Jetten' ke anak kutu buku yang tekun

  • Misi besar untuk masa depan Belanda dan kehidupan autentiknya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Dalam waktu kurang dari 2 tahun, Rob Jetten berhasil melakukan hal yang hampir mustahil. Ia membawa partai sosial-liberal D66 dari posisi kelima menjadi pemenang pemilu di Belanda.

Di usianya yang baru 38 tahun, Jetten menjadi simbol generasi baru politisi Eropa, muda, optimistis, dan terbuka terhadap perubahan sosial.

Hasil akhir pemilu belum resmi diumumkan, namun kantor berita Belanda ANP menyebut Jetten telah unggul. Rival populisnya, Geert Wilders, tak lagi bisa mengejar. Kedua partai memang sama-sama diproyeksikan meraih 26 kursi, tapi D66 unggul dalam dukungan publik dan citra positif.

Kesuksesan ini tak datang tiba-tiba. Jetten sudah lama menanam citra sebagai politisi ‘cerah’ di tengah arus populisme yang membelah politik Eropa. Hampir setiap malam wajahnya menghiasi layar televisi, membawa pesan yang sederhana namun kuat, ‘Het kan wel’ yang berarti ‘Bisa kok’.

Slogan itu menjadi inti kampanyenya, mengingatkan publik pada semangat Barack Obama dengan ‘Yes, we can.’ Di tengah politik yang suram, gaya Jetten yang ramah dan optimistis terasa segar.

Bagi banyak warga Belanda, kemenangan Jetten bukan hanya kemenangan politik, tapi juga kemenangan harapan. Ia membuktikan bahwa pesan positif dan empati masih bisa menang di tengah dunia politik yang makin keras.

1. Dari julukan ‘Robot Jetten’ ke simbol harapan baru

Sebelum sukses besar ini, Jetten pernah diremehkan. Saat kampanye 2023, gaya bicaranya yang kaku membuat media menjulukinya ‘Robot Jetten’. Ia dinilai kurang karisma dan tampil membosankan dalam debat publik.

Namun, pemilu 2025 membuktikan perubahan besar. Dengan senyum hangat dan pesan optimistis, Jetten berhasil merebut hati pemilih muda.

“Politik seharusnya bukan tentang ketakutan, tapi tentang harapan,” ujarnya dalam salah satu debat TV.

Ketika Geert Wilders membatalkan kehadirannya di acara publik karena alasan keamanan, Jetten justru maju menggantikannya. Momen itu jadi titik balik, publik melihatnya sebagai sosok siap dan berani.

Jetten juga tahu cara memanfaatkan media. Ia tampil di berbagai program, termasuk kuis televisi The Smartest Person, menunjukkan sisi ringan dan humorisnya. Keberadaannya yang konsisten di layar kaca membuatnya terasa dekat bagi warga Belanda.

Perubahan citra dari ‘robot’ menjadi pemimpin inspiratif ini menegaskan satu hal, yakni dalam politik modern, otentisitas dan empati bisa jauh lebih kuat dari retorika keras.

2. Anak kutu buku yang tekun

Rob Jetten lahir dan besar di Brabant, wilayah selatan Belanda. Sejak kecil, ia dikenal sebagai ‘anak nerd politik’ karena gemar membaca berita dan mengikuti debat parlemen di TV. Setelah lulus, ia bekerja di perusahaan kereta nasional, ProRail, sebelum terjun ke politik lewat partai D66.

Tahun 2017, Jetten terpilih sebagai anggota parlemen dan cepat menanjak. Ia sempat menjabat Menteri Iklim di kabinet Perdana Menteri Mark Rutte. Namun masa jabatannya tak selalu mulus. Ketika invasi Rusia ke Ukraina membuat harga energi melonjak, banyak kebijakannya tersendat.

Rekan-rekan politiknya sempat menilai Jetten terlalu agresif dalam mendorong agenda iklim. Tapi justru karena itulah ia dikenal sebagai politisi pekerja keras yang punya visi jangka panjang.

Kegagalannya di pemilu 2023 menjadi titik balik. Ia hanya membawa D66 meraih sembilan kursi, hasil terburuk dalam sejarah partai. Namun, alih-alih menyerah, Jetten memperbaiki diri dengan belajar tampil lebih natural dan memperkuat pesan sosial-liberal yang pro-kolaborasi.

Kini, bahkan wartawan yang dulu mencemoohnya ikut terkejut. “Robot Jetten akan jadi Perdana Menteri!” ujar seorang reporter saat hasil pemilu diumumkan. Dengan senyum lebar, Jetten menjawab, “Politik kadang memang bisa berjalan dengan cara yang luar biasa.”

3. Misi besar untuk masa depan Belanda

bendera Belanda (unsplash.com/Joao Guimaraes)

Sebagai calon perdana menteri, Jetten membawa visi yang berani. Ia berjanji mengatasi krisis perumahan yang menimpa Belanda dengan membangun 10 kota baru.

“Kita butuh mimpi besar lagi. Belanda terlalu lama stagnan,” katanya dalam wawancara pasca-debat.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antarpartai dan gaya kepemimpinan yang tenang, berbeda dengan gaya konfrontatif Wilders. Banyak pengamat menyebut Jetten sebagai versi tenang eks PM Mark Rutte.

Sama seperti Rutte, Jetten dikenal ceria dan pekerja keras. Tapi ia lebih reflektif dan berhati-hati dalam berbicara.

“Kalau Rutte itu banyak bicara, Jetten lebih banyak mendengarkan,” kata koleganya, Roy Kramer, kepada harian Het Parool.

Meski begitu, tantangan besar menanti. Krisis perumahan, tekanan inflasi, dan tuntutan iklim jadi ujian nyata. Jetten harus membuktikan bahwa optimismenya bukan hanya retorika.

Untuk berhasil, ia perlu memiliki daya tahan politik seperti mentornya, Rutte ‘sang teflon politician’ yang bisa selamat dari empat kabinet berbeda.

Selain karier politiknya, Rob Jetten juga dikenal karena keberaniannya hidup autentik. Ia terbuka sebagai penyuka sesama jenis dan bisa menjadi perdana menteri gay pertama dalam sejarah Belanda. Namun, ia menolak menjadikan orientasinya sebagai identitas politik utama.

Editorial Team