Fosil Java Man Dikembalikan, Jadi Simbol Eratnya Hubungan RI–Belanda

- Pengembalian fosil Java Man jadi simbol persahabatan
- Kerja sama ekonomi dan maritim jadi prioritas Indonesia-Belanda
- Kolaborasi teknologi dan dukungan di panggung global
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Indonesia dan Belanda menegaskan komitmen mereka untuk memperkuat hubungan bilateral di berbagai sektor strategis, mulai dari ekonomi dan maritim hingga keamanan pangan serta kerja sama teknologi masa depan. Hal itu disampaikan dalam pertemuan resmi antara Menteri Luar Negeri Sugiono dan Menteri Luar Negeri Belanda David van Weel di Gedung Pancasila, Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Pertemuan tersebut menjadi kelanjutan dari kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Belanda pada 26 September lalu, yang disambut hangat oleh Raja Willem-Alexander. Dalam kunjungan itu pula, Belanda mengumumkan pengembalian fosil manusia Jawa (Java Man) dari Koleksi Dubois — keputusan bersejarah yang menjadi simbol rekonsiliasi dan kepercayaan timbal balik kedua bangsa.
“Keputusan ini melampaui pertukaran arkeologis. Ini melambangkan sejarah bersama, rekonsiliasi, dan kepercayaan timbal balik,” ujar Menlu Sugiono dalam pernyataannya.
Selain isu sejarah, kedua negara juga meluncurkan sejumlah inisiatif baru untuk memperkuat kemitraan, termasuk pengembangan sektor maritim, ketahanan pangan, serta kerja sama dalam teknologi semikonduktor.
1. Pengembalian fosil Java Man jadi simbol persahabatan

Salah satu momen paling bersejarah dalam hubungan Indonesia–Belanda tahun ini adalah pengembalian fosil manusia Jawa (Java Man) dari Koleksi Dubois. Fosil yang ditemukan di Trinil, Jawa Timur, oleh Eugene Dubois pada akhir abad ke-19 itu selama lebih dari seabad menjadi koleksi di Belanda.
Menlu Sugiono menilai, pengembalian fosil tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan identitas bangsa Indonesia, serta menandai babak baru dalam hubungan kedua negara.
“Ini bukan hanya tentang artefak arkeologi, tetapi tentang saling menghargai masa lalu dan membangun masa depan bersama,” ujarnya.
Menlu David van Weel pun menegaskan bahwa langkah ini merupakan simbol dari hubungan yang kini berlandaskan kepercayaan dan kesetaraan.
“Kunjungan saya ini bermakna khusus karena mencerminkan hubungan yang kuat dan dinamis, berakar pada sejarah, namun didefinisikan oleh kerja sama masa kini dan visi untuk masa depan,” tutur van Weel.
Kedua pihak juga berkomitmen untuk memperluas kerja sama di bidang penelitian dan edukasi publik agar warisan sejarah tersebut dapat terus dipelajari dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
2. Kerja sama ekonomi dan maritim jadi prioritas Indonesia-Belanda

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia dan Belanda juga membahas penguatan kemitraan di sektor ekonomi dan maritim. Menlu Sugiono menyebut, kerja sama ini mencakup pengembangan konektivitas laut, manajemen air, hingga penanganan perubahan iklim dan penurunan muka tanah.
“Sebagai negara maritim, kita perlu membangun kemitraan strategis, termasuk dalam pengembangan konektivitas, manajemen air, serta penanganan perubahan iklim dan penurunan tanah,” ujarnya.
Kedua negara juga sepakat untuk melanjutkan kerja sama melalui forum Bilateral Maritime Forum yang akan digelar di Belanda tahun depan. Forum ini diharapkan menjadi wadah untuk membahas isu konkret seperti keselamatan maritim, logistik, illegal fishing, dan ekonomi biru.
Selain itu, kerja sama dalam sektor pangan juga menjadi perhatian utama. Belanda berkomitmen mendukung modernisasi sektor pertanian Indonesia melalui transfer pengetahuan dan pelatihan vokasi, untuk meningkatkan produktivitas serta ketahanan pangan nasional.
3. Kolaborasi teknologi dan dukungan di panggung global

Menlu Sugiono dan Menlu van Weel juga membahas peluang kerja sama di bidang teknologi masa depan, termasuk semikonduktor. Indonesia mengusulkan kolaborasi yang mencakup riset, desain chip, pendidikan, dan investasi untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
“Dalam upaya ini, kami ingin fokus pada penelitian, pendidikan, desain chip, dan investasi. Ini akan membantu menempatkan Indonesia sebagai pusat inovasi dan talenta,” jelas Sugiono.
Selain membahas isu bilateral, kedua menteri juga menyinggung situasi global seperti konflik di Ukraina dan Palestina. Indonesia dan Belanda sepakat mendukung solusi damai berdasarkan hukum internasional serta menyerukan penghentian krisis kemanusiaan di Gaza.
“Dalam dunia yang semakin terpecah dan multipolar, kami sangat menghargai peran Indonesia sebagai pembangun jembatan dan pendukung tatanan internasional berbasis aturan,” ujar van Weel.
Menlu Sugiono menutup pertemuan dengan menegaskan bahwa apa yang dipelajari kedua bangsa dari masa lalu kini menjadi fondasi untuk membangun masa depan bersama.
“Indonesia memandang Belanda sebagai mitra terpercaya. Apa yang kita pelajari dari masa lalu akan menjadi fondasi yang baik untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kedua negara,” serunya.