Drone Iran, Shahed-136 yang digunakan Rusia. (twitter.com/GeneralStaffUA)
Menurut laporan Associated Press, ratusan perempuan Afrika tersebut berasal dari Uganda, Rwanda, Kenya, Sudan Selatan, Sierra Leone, dan Nigeria. Terdapat pula perempuan yang berasal negara Asia Selatan, seperti Sri Lanka.
Mereka ditempatkan di Zona Ekonomi Khusus Alabuga, di Republik Tatarstan yang berjarak sekitar 1.000 km dari Moskow. Para pekerja asal Afrika tersebut mengaku ditempatkan bersama dengan siswa vokasi asal Rusia yang masih berusia 16 tahun.
Berdasarkan keterangan salah seorang pekerja, ia mengaku awalnya sangat antusias karena akan pergi ke Eropa. Namun, ketika diketahui tiba di Alabuga, ia baru sadar bahwa ini adalah sebuah jebakan.
"Perusahaan tersebut ternyata bergerak di industri perakitan drone. Tidak ada yang lain. Saya menyesal dan saya terus mengumpat sejak hari pertama saya melakukan semua ini," tutur perempuan asal Afrika tersebut.
Mereka mengaku mendapatkan bayaran tidak layak dan terus diawasi ketat selama berada di pabrik dan asrama. Bahkan, manajemen terus mendorong agar perempuan Afrika tersebut agar tidak keluar dari perusahaan.