Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gandum (Pexels.com/TymurKhakimov)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata. Tuduhan itu terlontar usai Moskow mundur dari perjanjian ekspor biji-bijian dengan Ukraina yang pernah ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki.

AS dan negara Barat lain mendesak Rusia untuk kembali ke kesepakatan perjanjian ekspor, demi menstabilkan pasokan pangan global di mana ancaman kelaparan masih mengintai.

Kesepakatan ekspor biji-bijian Rusia-Ukraina telah membantu menurunkan ancaman kelaparan global. Perang Rusia di Ukraina telah memicu naiknya harga pangan yang membuat nasib negara menengah dan miskin jadi terancam.

1. AS sebut Moskow menggunakan makanan untuk mempersenjatai perangnya

Antony Blinken (Twitter.com/Secretary Antony Blinken)

Perang Rusia di Ukraina telah memicu salah satu ancaman krisis pangan global terburuk. PBB bersama Turki telah menengahi konflik itu dengan meminta Rusia-Ukraina mengekspor produk biji-bijiannya lewat koridor Laut Hitam, khususnya produk gandum.

Namun pada Sabtu (29/10/2022), Rusia mundur dari perjanjian itu karena mengklaim kapal-kapalnya kerap mendapatkan serangan dari Ukraina.

Melansir RFE/RL, AS mengecam keras keputusan Rusia itu. Mereka mengatakan Moskow mempersenjatai makanan dalam perang yang dimulainya sendiri.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mendesak Rusia melanjutkan partisipasinya dalam perjanjian itu. Blinken mengatakan bahwa perjanjian yang dimulai sejak akhir Juli, telah memungkinkan ekspor sekitar 9 juta metrik ton biji-bijian, yang membuat harga pangan global bisa menurun.

2. UE desak Rusia kembali ke kesepakatan

Editorial Team

Tonton lebih seru di