ilustrasi jet tempur buatan Swedia (Pixabay.com/tommyolsson)
Selama beberapa dekade, Finlandia dan Swedia menjadi negara yang netral. Opini publik di negara itu tidak membiarkan keinginan dari beberapa pihak yang ingin bergabung dengan aliansi NATO terwujud.
Tapi invasi Rusia ke Ukraina yang telah berjalan selama lebih dari enam minggu, rupanya mempengaruhi hal itu. Rusia di sisi lain, memperingatkan Finlandia dan Swedia tentang keinginan mereka bergabung dengan aliansi Atlantik utara.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bergabungnya Helsinki dan Stockholm ke dalam NATO, adalah langkah yang tidak akan membawa stabilitas ke Eropa, kutip BBC. Sebaliknya, "aliansi tetap menjadi alat yang (bakal) diarahkan untuk konfrontasi."
Pekan lalu Peskov juga menjelaskan Rusia harus menyeimbangkan kembali situasi dengan tindakannya sendiri jika Finlandia dan Swedia bergabung NATO. Pada bulan Februari lalu, Maria Zakharova, juru bicara Kementrian Luar Negeri Rusia, memperingatkan akan ada konsekuensi militer dan politik jika dua negara itu bergabung.
Penguasa Swedia yakni partai Sosial Demokrat, secara tradisional menentang keanggotaan negara ke dalam NATO. Tapi sekretaris partai Tobias Baudin mengatakan "ketika Rusia menginvasi Ukraina, posisi keamanan Swedia berubah secara fundamental."
Terlepas dari persoalan keanggotaan NATO, Finlandia dan Swedia telah meningkatkan anggaran militernya, menanggapi ancaman keamanan Eropa akibat invasi Rusia ke Ukraina. Helsinki akan mengalokasikan 14 juta euro (Rp218,9 miliar) untuk membeli drone militer. Bulan lalu, Finlandia juga merencanakan peningkatan anggaran militer mencapai 317 juta dolar (Rp4,5 triliun untuk 2022).