Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Korea Selatan (unsplash.com/Stephanie Nakagawa)
bendera Korea Selatan (unsplash.com/Stephanie Nakagawa)

Intinya sih...

  • Rusia berharap kekacauan di Korea Selatan tidak memengaruhi situasi di Semenanjung Korea secara keseluruhan.
  • Presiden Yoon Suk Yeol menghadapi pemakzulan setelah upayanya untuk memberlakukan darurat militer gagal.
  • Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menyatakan bahwa situasi keamanan Jepang mungkin akan berubah secara fundamental akibat ketidakstabilan di Seoul dan meningkatnya keagresifan militer Korea Utara.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Rusia, pada Rabu (4/12/2024), mengatakan bahwa Moskow berharap kekacauan yang saat ini terjadi di Korea Selatan tidak akan memengaruhi situasi di semenanjung Korea secara keseluruhan.

Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kini menghadapi pemakzulan setelah upayanya untuk memberlakukan darurat militer gagal. Pemungutan suara untuk pemakzulannya direncanakan akan dilakukan pada Sabtu (7/12/2024).

“Kami mengharapkan hal itu tidak akan memengaruhi situasi sosial-politik di Semenanjung Korea secara keseluruhan. Situasi di Semenanjung Korea sudah rumit karena tindakan provokatif dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam konferensi pers.

1. Warga Rusia di Korsel diminta terus memantau perkembangan dan berhati-hati

Lebih lanjut, Zakharova mengatakan bahwa Moskow terus mengikuti perkembangan yang terjadi di Korea Selatan dengan penuh keprihatinan. Ia meminta warga Rusia yang berada di sana untuk tetap berhubungan dengan kedutaan besar Rusia di Seoul.

Pihak kedutaan sebelumnya melaporkan bahwa situasi di Seoul dan kota-kota serta provinsi lainnya di Korea Selatan mulai kembali normal setelah pencabutan darurat militer pada Rabu pagi, kurang dari 6 jam sejak dideklarasikan pada Selasa (3/12/2024) malam.

"Pada saat yang sama, kami juga memperhatikan pesan dari kedutaan kami di Seoul yang merekomendasikan agar warga Rusia memantau perkembangan dengan cermat, menghindari partisipasi dalam acara massal, terutama yang bersifat politik, dan juga membawa nomor kontak hotline yang relevan dari kedutaan kami," tambah Zakharova, dilansir dari Anadolu.

2. Jepang khawatir dengan situasi keamanan di negaranya

Menanggapi kekisruhan di Korea Selatan, Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengatakan bahwa situasi keamanan Jepang mungkin akan berubah secara fundamental mengingat ketidakstabilan di Seoul dan meningkatnya keagresifan militer Korea Utara.

"Apa yang akan terjadi pada Korea Selatan? Tampaknya ada banyak kritik dan pertentangan dalam negeri," katanya kepada parlemen pada Kamis (5/12/2024), seraya menambahkan bahwa upaya Yoon untuk meningkatkan hubungan dengan Tokyo tetap harus dijaga.

Sejauh ini, Korea Utara belum memberikan tanggapan mengenai kekacauan yang terjadi di negara tetangganya itu.
 
Dilansir dari Reuters, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, padsa Rabu, mengatakan bahwa Washingtont tidak diberitahu tentang deklarasi Yoon sebelumnya, sementara wakilnya, Kurt Campbell, menyebut Presiden Korea Selatan itu telah salah menilai situasi tersebut.

Sementara itu, Komandan Pasukan AS-Korea, Jenderal Paul LaCamera, memperingatkan pasukannya di Korea Selatan untuk waspada, menghindari daerah yang rawan protes, dan mengomunikasikan rencana perjalanan kepada atasan mereka. 

3. Ibu kota Korsel mencekam usai pengumuman darurat militer

Suasana Seoul dilaporkan sempat mencekam usai Presiden Yoon mengumumkan status darurat militer secara tiba-tiba pada Selasa pukul 23:00 waktu setempat. Ia mengatakan bahwa darurat militer diberlakukan untuk melindungi Korea Selatan dari kekuatan antinegara yang bersimpati dengan Korea Utara.

Setelah pengumuman tersebut, Yoon langsung memerintahkan pasukan keamanan untuk berjaga di gedung parlemen agar status darurat militer tidak diganggu gugat. Namun, para anggota parlemen berhasil menerobos masuk ke gedung dan segera menggelar sidang darurat. Ribuan warga juga berkumpul di kompleks parlemen demi mencegah agar tentara  tidak mengadang para anggota parlemen.

Pada Rabu pukul 01.00 dini hari, angota parlemen sepakat bahwa darurat militer harus dicabut. Yoon akhirnya secara resmi mencabut status tersebut pada pukul 05.18 pagi.

“Kita perlu segera menangguhkan wewenang Presiden Yoon. Dia telah melakukan kejahatan bersejarah yang tak terhapuskan terhadap rakyat, yang kegelisahannya perlu diredakan agar mereka dapat kembali ke kehidupan sehari-hari," kata anggota parlemen dari partai oposisi Demokrat, Kim Seung-won.

Yoon telah menghadapi krisis kepercayaan dari masyarakat akibat berbagai kasus yang menimpanya, termasuk dugaan suap berupa tas mewah yang diterima sang istri, manipulasi saham, serta tragedi Itaewon yang dianggap belum terselesaikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah