Ilustrasi Korupsi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Dilansir Reuters, Shamarin dituduh menerima suap 36 juta rubel (Rp6,4 miliar) antara tahun 2016 hingga tahun lalu dari sebuah pabrik di pegunungan Ural yang memproduksi peralatan komunikasi. Imbalan itu diberikan karena memberikan kontrak negara yang lebih besar.
Kediaman Shamarin telah digeledah sehubungan dengan penyelidikan, dan ia telah ditempatkan dalam tahanan pra-sidang selama dua bulan. Jenderal itu menghadapi hukuman penjara hingga 15 tahun jika terbukti bersalah.
Shamarin bertugas sejak tahun 2020 untuk mengawasi Korps Sinyal Angkatan Darat, yang bertanggung jawab atas komunikasi militer, termasuk memastikan sinyal komando medan perang yang bersifat rahasia.
Penyelidik mengatakan Verteletsky didakwa melakukan penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan perintah pertahanan negara. Dikatakan pada 2022, ia menandatangani pekerjaan yang belum selesai yang mengakibatkan kerugian negara lebih dari 70 juta rubel (Rp12,2 miliar).
Pemberantasan korupsi tingkat tinggi dimulai pada 23 April ketika mantan Wakil Menteri Pertahanan Timur Ivanov ditahan atas dugaan menerima suap. Sejak itu, Letnan Jenderal Yuri Kuznetsov, kepala personel di Kementerian Pertahanan, dan Mayor Jenderal Ivan Popov, mantan komandan tentara ke-58 Rusia juga ditangkap.
"Perang melawan korupsi adalah upaya yang konsisten. Ini bukan kampanye, ini adalah pekerjaan yang terus-menerus dilakukan," kata Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin.