Tuduhan pelecehan seksual para pekerja kemanusiaan di Kongo muncul sejak September 2020 lalu. Komisi penyelidikan dibentuk sebagai tindak lanjut atas laporan tersebut. Dari hasil penyelidikan, ditemukan beberapa fakta tragis, yakni para perempuan dijanjikan pekerjaan asal mau berhubungan seksual.
Dilansir dari NPR, seorang perempuan berusia 43 tahun mengaku berangkat wawancara untuk mencari pekerjaan sebagai staf yang bertugas meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Ebola.
Namun, dalam wawancara itu, ia mengaku diperkosa setelah menolak hubungan badan yang diminta petugas, sebagai imbalan untuk mendapatkan pekerjaan yang dicarinya.
Fakta lain yang terungkap adalah seorang perempuan yang bekerja di komisi pengawas Ebola, dituntut untuk memberi layanan seks kepada bosnya, yang seorang dokter dan bekerja untuk WHO. Jika perempuan itu tidak mau, maka setengah gaji bulanan akan dipotong.
Kemudian, ada pula laporan soal pengemudi WHO yang menawari perempuan 13 tahun pulang. Tapi kepada penyidik, perempuan itu mengaku justru dibawa ke hotel lokal lalu diperkosa sehingga ia hamil.
Direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, mengatakan "saya ingin menunjukkan bahwa sebagai kepemimpinan WHO, kami meminta maaf kepada para wanita dan gadis-gadis atas penderitaan yang mereka alami karena tindakan anggota staf kami dan orang-orang yang telah kami kirim ke komunitas mereka untuk membantu dalam situasi sulit."