Upacara peringatan wafatnya Dag Hammarskjöld Sekjen PBB Antonio Guterres dan dihadiri Raja Swedia Carl XVI Gustaf, pada Selasa (21/9/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Raja Carl XVI Gustaf juga menyampaikan pesan mendalam dalam upacara tersebut. Ia mengingatkan publik tentang peran kakeknya, Count Folke Bernadotte, yang juga tewas saat menjalankan misi perdamaian sebagai mediator PBB di Palestina pada 1948.
“Hammarskjöld pernah berkata, ‘Kita tidak diizinkan memilih bingkai takdir kita, tapi apa yang kita masukkan ke dalamnya adalah milik kita.’ Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa memilih era kita dilahirkan, tetapi kita bisa memilih tindakan dan warisan yang kita tinggalkan,” ucapnya.
Raja Swedia menegaskan bahwa di usia 80 tahun, PBB tetap menjadi forum paling penting bagi dialog, kerja sama, dan aksi kolektif dunia. Ia menyerukan agar negara-negara anggota melindungi organisasi ini dari perpecahan dan pelemahan.
“Piagam PBB memanggil kita untuk menyelamatkan generasi mendatang dari horor perang. Misi itu membutuhkan keberanian, ketekunan, dan persatuan. Mari kita jaga semangat Hammarskjöld tetap hidup agar PBB terus menjadi penjaga perdamaian untuk 80 tahun ke depan,” tutupnya.
Dag Hammarskjöld menjabat sebagai Sekjen PBB kedua sejak 1953 hingga wafat pada 1961. Ia dikenal sebagai tokoh visioner yang memperkuat peran PBB dalam menjaga perdamaian internasional, termasuk dengan memperluas misi pemeliharaan perdamaian.
Hammarskjöld wafat dalam kecelakaan pesawat di Ndola, Rhodesia Utara (kini Zambia), ketika tengah berupaya menengahi konflik di Kongo. Hingga kini, penyebab pasti kecelakaan itu masih menjadi perdebatan dan investigasi berkelanjutan dilakukan untuk mengungkap kebenaran.
Warisan Hammarskjöld dalam diplomasi, perdamaian, dan integritas pribadi menjadikannya salah satu pemimpin paling dihormati dalam sejarah PBB.