Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Inquisitr.com

Anggapan bahwa perbudakan sudah bukan bagian dari permasalahan yang dihadapi masyarakat internasional salah besar. Ternyata di era modern, praktik perbudakan masih terjadi. Keberadaan video pelelangan manusia yang dari CNN telah membuktikkan pada dunia, bahwa praktik perbudakan itu masih ada. Parahnya, manusia-manusia yang diperdagangankan dilelang dengan harga yang sangat murah. Sungguh sebuah tragedi atas kemanusiaan.

Dilansir dari Indepent.co.uk, 28/11/17, video yang mempertontonkankan pelelangan manusia di Libya diambil oleh jurnalis CNN yang juga menjadi saksi mata dari lusinan praktik perdagangan manusia lainnya di daerah yang terletak di luar ibu kota negara Libya, Tripoli. Tim CNN pun secara signifikan berusaha mendapatkan informasi lebih lanjut terkait video dengan melakukan pendalaman lebih lanjut dan pergi ke Libya.

Video tersebut menyulut amarah Sekjen PBB. Antonio Guterres mengatakan "Saya membenci tindakan mengerikan ini dan meminta semua pejabat yang berwenang untuk menyelidiki kegiatan ini tanpa penundaan dan harus membawa pelaku ke pengadilan."

Manusia dilelang dengan harga yang sangat murah.

Setiap manusia memiliki hak untuk hidup. Hak untuk memilih pekerjaan, hak untuk berkeluarga tapi para imigran diperjualbelikan layaknya benda mati yang tidak memiliki perasaan. Di dalam video tersebut dapat didengar bahwa "sang penjual manusia" memperdagangkan manusia tersebut layaknya benda mati.

"Apakah ada yang membutuhkan penggali? Ini adalah penggali, pria kuat yang hebat, dia akan menggali," ujar penjual, hanya tangan yang penjual yang terlihat dari video. Penjual juga menjelaskan, "Apa tawaran, apa tawaran saya?"

Para pembeli mengangkat tangan mereka dan mulai menawarkan harga dari 400, 700, 800. Harga terus naik dan dalam hitungan menit seorang manusia berhasil dijual dan mau tidak mau harus menuruti perkataan "pemilik" barunya.

Dibutuhkan perhatian dari masyarakat internasional terkait permasalahan ini.

Editorial Team

Tonton lebih seru di