Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Israel (Pexels.com/Oren Noam Gilor)
ilustrasi bendera Israel (Pexels.com/Oren Noam Gilor)

Jakarta, IDN Times - Beberapa minggu sebelum militer Azerbaijan melakukan serangan cepat untuk menguasai Nagorno-Karabakh pada 19 September, pesawat kargo militer negara itu diketahui berulang kali terbang antara Israel dan lapangan terbang dekat Karabakh.

Israel diduga kuat menyuplai senjata ampuh bagi Azeri untuk menguasai daerah yang disengketakan dengan Armenia.

Nagorno-Karabakh disebut oleh Armenia sebagai Artsakh. Itu merupakan wilayah yang diakui secara internasional milik Azerbaijan, tapi sejak 1990-an ditempati oleh etnis Armenia yang berupaya memerdekakan diri. Serangan 24 jam pada 19 September oleh militer Baku membuat wilayah itu kini dikuasai Azerbaijan.

Dampak dari serangan tersebut adalah lebih dari 100 ribu etnis Armenia melarikan diri karena khawatir akan terjadi pembersihan etnis yang meluas oleh Azerbaijan. Pemerintah Baku sendiri telah merencanakan untuk reintegrasi Nagorno-Karabakh ke wilayahnya.

1. Armenia terkejut dengan relasi Israel-Azerbaijan

ilustrasi bendera Armenia (Unsplash.com/Engin Akyurt)

Menurut para ahli, serangan cepat Azerbaijan terhadap Nagorno-Karabakh melibatkan artileri canggih, peluncur roket, dan pesawat nirawak. Sebagian dari persenjataan itu dipasok oleh Turki dan Israel. Serangan memaksa pasukan separatis Armenia menyerah dan sepakat melakukan pembicaraan.

Menurut laporan Associated Press, Israel telah diam-diam memasok persenjataan terhadap militer Azerbaijan. Hal itu menimbulkan keterkejutan bagi para pejabat Armenia.

Pesawat kargo militer Baku yang terbang dari landasan pacu dekat Nagorno-Karabakh menuju pangkalan udara Israel selatan sebelum serangan cepat itu, menimbulkan pertanyaan bagi para pejabat Armenia.

"Bagi kami, ini adalah kekhawatiran utama bahwa senjata Israel telah menembaki rakyat kami," kata Arman Akopian, Duta Besar Armenia untuk Israel.

"Saya tidak mengerti mengapa Israel tidak mengungkapkan kekhawatirannya mengenai nasib orang-orang yang diusir dari tanah air mereka," tambahnya.

2. Drone buatan Israel digunakan oleh Azerbaijan

Para pejabat Yerevan memang telah lama memiliki kekhawatiran atas hubungan Azerbaijan dan Israel. Mereka juga menyoroti kepentingan Israel di wilayah yang bergolak di selatan Pegunungan Kaukasus.

Serangan cepat Azeri disebut telah menewaskan lebih dari 200 warga Armenia di Karabakh, sebagian besar pejuang. Serangan itu juga menyebabkan sekitar 200 tentara Baku tewas.

Leonid Nersisyan, seorang analis pertahanan dan peneliti di Applied Policy Research Institute (APRI) Armenia, menilai salah satu pesawat nirawak yang meraung di atas langit Nagorno-Karabakh adalah jenis Harop. Itu adalah pesawat nirawak yang dibuat Israel Aerospace Industries, dilansir CNN. 

Marut Vanyan, penduduk sipil Nagorno-Karabah merekam salah satu pesawat nirawak tersebut di atas kampung halamannya.

"Saya bukan ahli militer. Tetapi saya mendengar dengan sangat, sangat jelas auman di atas saya. Saya yakin itu adalah drone," kata Vanyan.

Dia mengenali suara senjata itu dari tahun 2020, ketika pasukan Azeri menggunakannya dalam perang 44 hari yang membuat beberapa distrik di Nagorno-Karabakh berhasil dikuasai oleh Baku.

3. Kepentingan Israel untuk hadang Iran

Ilustrasi drone bersenjata (Pixabay.com/TayebMEZAHDIA)

Sejak 2020, militer Azerbaijan kerap melibatkan pesawat nirawak dalam pertempuran. Mereka menyebut Harop sebagai drone bunuh diri. Tapi tidak hanya itu saja, Baku rupanya juga menggunakan drone Israel lainnya, yakni pengintai Hermes-450 dan Orbiter-1K, Orbiter-2, Orbiter-3.

Dilansir CTV News, Kementerian Luar Negeri Israel enggan menanggapi permintaan komentar penggunaan senjata buatannya di Nagorno-Karabakh. Pada Juli lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengunjungi Baku, memuji kerja sama militer yang telah berlangsung.

Israel memiliki kepentingan, bahwa Azerbaijan juga bertentangan dengan Iran, yang merupakan musuh bebuyutan Tel Aviv. Azeri sendiri juga pelanggan menguntungkan untuk senjata canggih Israel.

"Tidak ada keraguan mengenai posisi kami dalam mendukung pertahanan Azerbaijan. Kami memiliki kemitraan strategis untuk membendung Iran," kata Arkady Mil-man, mantan duta besar Israel untuk Azerbaijan dan peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), lebih dari 60 persen impor senjata Azerbaijan berasal dari Israel antara tahun 2017 dan 2020. Peneliti senior SIPRI Pieter Wezeman mengatakan pihaknya memiliki banyak informasi sebelum 2020, tapi setelahnya, mereka kekurangan data.

"Senjata Israel telah memainkan peran yang sangat penting dalam memungkinkan tentara Azerbaijan mencapai tujuannya," kata Pieter Wezeman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team