ilustrasi (Unsplash.com/Chuttersnap)
Dilansir BBC, dari 82 kota yang diteliti, sekitar 67 juta orang tinggal di daerah yang mengalami penurunan permukaan air dengan cepat. Ada lima titik wilayah utama masalah tersebut yakni di Changchun dan Harbin, Beijing dan Tianjin, Zhengzhou dan Pingdingshan, Wenzhou dan Fuzhou, serta Kunming dan Nanning.
"Saya pikir ekstraksi air merupakan alasan yang dominan," kata Robert Nicholls, dari Universitas East Anglia yang tidak tergabung dengan tim peneliti.
"Di China, banyak orang tinggal di wilayah yang baru saja mengalami sedimentasi secara geologis. Jadi, ketika air tanah diambil atau tanah dikeringkan, maka akan cenderung tenggelam (ambles)," jelasnya.
Tim peneliti mengatakan, ancaman terbesar di masa depan adalah paparan penduduk terhadap banjir. Ini merupakan kombinasi penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut yang disebabkan perubahan iklim.
Pada 2020, sekitar 6 persen wilayah China memiliki ketinggian relatif di bawah permukaan laut. Dalam 100 tahun, ini dapat meningkat hingga 26 persen. Bahkan daratan disebut lebih cepat ambles dibanding kenaikan air laut, di mana banjir mengancam ratusan juta orang.