Serangan di Pusat Distribusi Makanan di Gaza Lukai 2 Pekerja AS

Intinya sih...
Sebanyak 743 warga Palestina tewas saat mencari bantuan di pusat distribusi GHF.
GHF memulai operasinya pada 27 Mei, dengan mendirikan pusat bantuan di beberapa lokasi di Gaza selatan dan tengah.
Sistem ini menuai banyak dikritik karena memaksa sejumlah besar warga Palestina untuk berjalan jauh melewati zona pertempuran.
Jakarta, IDN Times - Dua pekerja bantuan asal Amerika Serikat (AS) terluka akibat serangan granat di lokasi distribusi makanan di Gaza selatan pada Sabtu (5/7/2025). Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga bantuan kontroversial yang didukung oleh pemerintah Israel dan AS, mengklaim serangan itu dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas.
GHF mengatakan bahwa dua pelaku berlari di tengah kerumunan warga sipil di sebuah pusat bantuan di Khan Younis, lalu melemparkan granat ke arah para pekerja bantuan. Kedua korban disebut mengalami luka yang tidak serius dan telah menerima perawatan medis. Tidak ada pekerja bantuan atau warga sipil lainnya yang dilaporkan terluka.
“Hamas secara terbuka telah mengancam para pekerja GHF, memasang harga atas kepala mereka, dan membunuh 12 staf kami yang berasal dari Palestina. Sekarang mereka memenuhi ancaman mereka dengan menargetkan warga Amerika,” klaim GHF dalam pernyataan di platform X tanpa memberikan bukti.
1. AS dan Israel kecam serangan tersebut
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, turut menyalahkan Hamas atas serangan di pusat distribusi bantuan GHF.
“Tindakan kekerasan terhadap masyarakat yang benar-benar memberikan bantuan kepada warga Gaza ini menunjukkan kebobrokan Hamas. GHF telah menyumbang lebih dari 62 JUTA MAKANAN – tidak ada yang bisa menghentikan para pekerja bantuan yang berani ini. Kami berdoa agar warga Amerika yang terluka cepat sembuh," tulisnya di X.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mengecam insiden tersebut dan mendoakan pemulihan bagi para pekerja bantuan yang terluka.
“Seluruh dunia harus bangkit dan mengecam insiden serius ini, yang sekali lagi menunjukkan kebrutalan Hamas. PBB harus berhenti menentang aktivitas yayasan bantuan ini dan bertindak bersama agar lembaga tersebut dapat terus menjalankan misinya dengan aman demi warga Jalur Gaza," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CBS News.
2. Sebanyak 743 warga Palestina tewas saat mencari bantuan di pusat distribusi GHF
GHF memulai operasinya pada 27 Mei, dengan mendirikan pusat bantuan di beberapa lokasi di Gaza selatan dan tengah. Sistem ini menuai banyak dikritik karena memaksa sejumlah besar warga Palestina untuk berjalan jauh melewati zona pertempuran.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, sedikitnya 743 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 4.891 lainnya terluka saat mencari bantuan di pusat distribusi GHF. Baik kontraktor lembaga GHF maupun pasukan Israel dituding menembaki para pencari bantuan.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan lebih dari 170 LSM, termasuk Oxfam, Amnesty International, dan Dokter Lintas Batas (MSF), telah menandatangani pernyataan bersama yang menuntut penutupan GHF dan menyerukan kembalinya mekanisme koordinasi bantuan yang dipimpin oleh PBB.
“Semua bukti yang dikumpulkan, termasuk kesaksian yang diterima Amnesty International dari para korban dan saksi, menunjukkan bahwa GHF dirancang untuk menenangkan kekhawatiran internasional dan sekaligus menjadi alat genosida Israel,” kata Amnesty.
3. Warga tidak punya pilihan selain mengambil risiko
Namun, di tengah kelangkaan makanan, air dan bantuan kemanusiaan lainnya akibat blokade Israel, banyak warga Palestina di Gaza mengaku tak punya pilihan selain mencari bantuan dari kelompok tersebut meskipun penuh risiko.
“Saya terpaksa pergi ke pusat distribusi bantuan hanya karena anak-anak saya belum makan selama tiga hari berturut-turut,” kata Majid Abu Laban, seorang pria Palestina yang terluka akibat serangan di salah satu lokasi GHF, kepada Al Jazeera.
“Kami mencoba membodohi anak-anak kami dengan segala cara, tapi mereka kelaparan. Jadi saya memutuskan untuk mempertaruhkan hidup saya dan pergi ke (titik distribusi bantuan) di Netzarim,” tambahnya, merujuk pada koridor yang didirikan militer Israel di selatan Kota Gaza.
Sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023, lebih dari 57.300 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Pada Jumat (4/7/2025), Hamas mengumumkan bahwa mereka telah memberikan respons positif terhadap proposal gencatan senjata selama 60 hari yang dimediasi AS.