Setahun Perang, Sudan Dilanda Ancaman Kematian Massal karena Kelaparan

Jakarta, IDN Times - Para pekerja bantuan internasional memperingatkan, Sudan sedang menuju bencana kelaparan berskala lebih besar. Ada potensi kematian massal dalam beberapa bulan mendatang.
Kepala kantor koordinasi kemanusiaan PBB (OCHA) untuk Sudan Justin Brady, mengatakan mungkin ratusan ribu orang akan meninggal akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Jaringan produksi dan distribusi pangan telah rusak. Lembaga bantuan tidak dapat menjangkau daerah yang terkena dampak perang.
Sudan dilanda perang saudara sejak pertengahan April 2023. Perang mempertemukan militer dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di ibu kota Khartoum. Pertempuran dengan cepat menyebar ke seluruh negeri.
1. Dunia mengabaikan Sudan
Komunitas internasional dinilai kurang memberi perhatian pada konflik di Sudan. Kampanye kemanusiaan PBB yang membutuhkan sekitar 2,7 miliar dolar (Rp43,4 triliun) tahun ini untuk bantuan, pendonor hanya memberi 145 juta dolar (Rp2,3 triliun) atau sekitar 5 persennya saja.
Dilansir VOA News, Brady mengatakan dunia perlu mengambil tindakan cepat untuk menekan kedua belah pihak agar menghentikan pertempuran dan menggalang dana untuk upaya kemanusiaan.
"Hal ini akan menjadi sangat buruk dalam waktu singkat kecuali kita dapat mengatasi tantangan sumber daya dan akses," katanya.
"Tingkat pengabaian internasional sangat mengejutkan," kata Christos Christou, presiden badan amal medis Doctors Without Borders, atau MSF.
2. Ada potensi aksi kejahatan terhadap kemanusiaan
Pada Senin (15/4/2024), Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk memperingatkan terjadinya peningkatan kekerasan ketika pihak berkonflik mempersenjatai warga sipil. Saat ini juga semakin banyak kelompok bersenjata ikut serta dalam pertempuran.
Dilansir CNN, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan ada potensi kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan karena meningkatnya kekerasan di desa-desa di daerah El Fasher.
"Biar saya perjelas: Setiap serangan terhadap El Fasher akan menimbulkan dampak buruk bagi warga sipil dan dapat menyebabkan konflik antarkomunitas besar-besaran di Darfur," katanya.
RSF dan sekutunya dituduh melakukan serangan terhadap etnis Masalit dan menewaskan antara 10 ribu hingga 15 ribu orang di Geneina, ibu kota Darfur Barat.
3. Pendonor janjikan Rp33,7 triliun untuk Sudan
Para pendonor telah menjanjikan lebih dari 2,1 miliar dolar (Rp33,7 triliun) bantuan kemanusiaan untuk Sudan. Hal ini disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin saat konferensi internasional yang bertujuan menggalang dukungan untuk 51 juta warga Sudan.
"Saat ini kami menyediakan 2 miliar euro (Rp34,1 triliun) untuk Sudan. Dari jumlah tersebut, sekitar 900 juta euro (Rp15,3 triliun) berasal dari negara-negara Uni Eropa (UE)," katanya dikutip dari Associated Press.
Perang di Sudan menewaskan lebih dari 14 ribu orang. Sedikitnya 33 ribu orang terluka dan hampir 9 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Kelaparan, kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan dan pengungsian terus berlanjut.
"Kita tidak bisa membiarkan mimpi buruk ini berlalu begitu saja. Sudah waktunya untuk mendukung rakyat Sudan. Ini waktunya untuk membungkam senjata," kata Guterres.