Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Haytham Ali Tabatabai Komandan Hizbullah yang Dibunuh Israel
Para pejuang Hizbullah dalam sebuah upacara (commons.wikimedia.org/khamenei.ir)

Intinya sih...

  • Tabatabai dianggap sebagai hambatan utama bagi tujuan regional Israel.

  • AS tetapkan Tabatabai sebagai teroris dan kenakan sanksi.

  • Israel tuduh Hizbullah bangun kembali kemampuan Militer nya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Komandan seniornya, Haytham Ali Tabatabai, terbunuh dalam serangan udara Israel di ibu kota Lebanon, Beirut, pada Minggu (23/11/2025). Ia termasuk di antara lima korban tewas dalam serangan tersebut.

Menurut laporan dari National News Agency (NNA), dua rudal ditembakkan ke gedung apartemen di distrik Dahiyeh yang padat penduduk, menyebabkan kerusakan signifikan pada mobil serta bangunan di sekitarnya. Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan sedikitnya 28 orang juga terluka.

Pejabat senior Hizbullah, Mahmoud Qmati, mengatakan bahwa serangan Israel tersebut telah melewati garis merah, dan kepemimpinan mereka sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk membalasnya.

1. Tabatabai dianggap sebagai hambatan utama bagi tujuan regional Israel

Dilansir dari The New Arab, Tabatabai lahir di Beirut pada 1968 dari ibu berkebangsaan Lebanon dan ayah asal Iran. Ia merupakan bagian dari generasi awal pejuang Hizbullah yang muncul pada masa-masa pembentukan kelompok tersebut.

Tabatabai turut membentuk pasukan elit Radwan dan memiliki kedekatan dengan Imad Moughniyeh, ahli strategi militer Hizbullah yang tewas dalam operasi Israel di Damaskus pada 2008. Menurut harian L'Orient–Le Jour, tanggung jawab Tabatabai semakin meluas setelah pembunuhan sejumlah komandan senior Hizbullah, Fouad Shokor, Ibrahim Akil, dan Ali Karaki, dalam serangan Israel pada 2024

Media Israel sering menggambarkannya sebagai hambatan utama bagi tujuan regional Israel, menyebutnya sebagai salah satu pemimpin Hizbullah yang paling cakap di medan perang sekaligus tokoh berpengaruh di dalam sayap keamanan gerakan tersebut. Ia juga dikenal menentang segala upaya yang bertujuan melucuti persenjataan pertahanan Hizbullah.

2. AS tetapkan Tabatabai sebagai teroris dan kenakan sanksi

Pada 2016, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap Tabatabai dan menetapkannya sebagai teroris. AS juga menawarkan imbalan sebesar 5 juta dolar AS (sekitar Rp83 miliar) untuk informasi mengenai keberadaannya.

Bagi AS, Tabatabai merupakan pemimpin militer penting Hizbullah yang pernah memimpin pasukan khusus kelompok itu di Suriah dan Yaman. Kehadirannya di kedua negara tersebut dianggap bagian dari upaya Hizbullah untuk memberikan pelatihan, dukungan logistik, dan personel guna mendukung kegiatan regionalnya yang mengganggu stabilitas, dilansir dari BBC.

Tabatabai sendiri merupakan komandan paling senior Hizbullah yang dibunuh oleh Israel sejak dimulainya gencatan senjata pada November 2024, yang bertujuan mengakhiri permusuhan selama setahun antara keduanya. Ia sebelumnya telah beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan oleh Israel, termasuk serangan di Quneitra yang menewaskan anggota senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan Hizbullah pada 2015.

3. Israel tuduh Hizbullah bangun kembali kemampuan militernya

Ini merupakan serangan Israel pertama di Beirut sejak 5 Juni, ketika Tel Aviv mengaku menargetkan pabrik drone milik Hizbullah. Sementara itu, di Lebanon selatan, Israel hampir setiap hari melancarkan serangan.

Israel membela tindakannya tersebut dengan alasan menegakkan ketentuan perjanjian gencatan senjata. Mereka menuding Hizbullah berupaya membangun kembali kemampuan militernya, meskipun pemerintah Lebanon membantah klaim tersebut.

Presiden Lebanon, Joseph Aoun, mendesak komunitas ternasional untuk menekan Israel, yang masih menempati sedikitnya lima lokasi di Lebanon selatan, agar menghentikan serangan dan menarik pasukannya dari negara tersebut. Ia menegaskan bahwa tindakan Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata.

Pemerintah Lebanon telah berjanji akan melucuti senjata Hizbullah. Namun, kelompok yang didukung Iran itu menolak seruan untuk membahas masa depan persenjataannya sebelum Israel menghentikan serangan, menarik seluruh pasukannya dari Lebanon, dan membebaskan tahanan Lebanon.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team