Jakarta, IDN Times - Kemelut krisis ekonomi di Sri Lanka belum menemukan jalan keluar. Rakyat di negara tersebut terus melakukan protes dan mendesak agar Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan jabatannya.
Pada Jumat (6/5/2022), Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat dengan alasan untuk mengendalikan situasi. Jika proposal itu disetujui oleh parlemen, maka penangkapan para demonstran yang memblokir jalan dan mogok kerja bisa dilakukan.
Para demonstran telah melakukan unjuk rasa sejak Maret. Mereka melakukan protes karena menilai pemerintah telah salah dalam mengurus negara.
Presiden Rajapaksa dan keluarganya yang berada di beberapa jabatan strategis telah didesak untuk mundur. Tapi sampai saat ini, Presiden Sri Lanka itu masih terus mempertahankan jabatannya meski ratusan ribu rakyat terus melakukan demonstrasi.