Imbas Krisis Valuta Asing, Sri Lanka Akan Jual Visa Jangka Panjang

Jakarta, IDN Times - Sri Lanka kini masih mengalami krisis ekonomi akibat negara kekurangan cadangan valuta asing. Hal ini membuat Sri Lanka tidak mampu untuk mengimpor berbagai barang esensial seperti, bahan pangan, bahan bakar dan obat-obatan. Bahkan, Sri Lanka juga telah dinyatakan gagal membayar utang-utang luar negerinya yang jatuh tempo tahun ini.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi krisis ini. Para pejabat ekonomi Sri Lanka telah mengajukan pinjaman ke IMF dan Bank Dunia.
Pada Selasa (25/4/2022), pemerintah juga menawarkan visa jangka panjang bagi para investor yang menanamkan modal di negara itu. Kebijakan ini diharapkan akan mampu untuk membantu pemerintah Sri Lanka menutupi kekurangan cadangan valuta asingnya.
1. Pemerintah tawarkan visa 5 dan 10 tahun
Pemerintah Sri Lanka akan memberi izin untuk tinggal dan bekerja di negara itu bagi orang asing yang menyetor minimal 100 ribu dolar AS. Selain itu, visa lima tahun juga akan diberikan bagi orang asing yang menghabiskan minimal 75 ribu dolar AS untuk membeli apartemen di Sri Lanka, dilansir Al Jazeera.
Uang itu kemudian akan didepositkan di rekening bank lokal selama masa tinggal yang telah ditentukan. “Skema ini akan membantu Sri Lanka pada saat kita menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaan kita,” kata menteri media Nalaka Godahewa kepada wartawan di Kolombo, dilansir dari Times of India.
2. Para pemuka agama Buddha desak Presiden Sri Lanka mundur
Saat ini, pemerintah Sri Lanka harus menghadapi tekanan baru yang datang dari para pemuka Buddhis. Mereka menuntut agar Presiden Gotabaya Rajapaksa dan adiknya PM Mahinda Rajapaksa segera mengundurkan diri.
Medagama Dhammananda, salah satu tokoh Buddhis terkemuka di negara itu, menyebut Sri Lanka akan segera menjadi negara gagal. Dhammananda juga mengatakan bahwa dia dan rekan-rekan pemimpin Buddhis lainnya telah bersama-sama mengajukan petisi kepada Presiden Gotabaya Rajapaksa, agar segera membentuk pemerintahan sementara untuk mengeluarkan Sri Lanka keluar dari krisis ini.
Padahal, sebelum krisis, Gotabaya dan Mahinda Rajapaksa didukung oleh sebagian besar mayoritas Buddha Sinhala di negara itu karena berhasil mengakhiri perang saudara selama puluhan tahun melawan Macan Tamil, dilansir dari Al Jazeera.
3. Bank Dunia akan salurkan bantuan bagi Sri Lanka
Menanggapi krisis ekonomi di Sri Lanka, Bank Dunia berjanji akan segera menyalurkan dana bantuan untuk Sri Lanka. Bank Dunia belum dapat memastikan jumlah pasti dari bantuan tersebut. Namun, Menkeu Sri Lanka, Ali Sabry, menyatakan bahwa bantuan tersebut akan bernilai sekitar 300-600 juta dolar AS, dilansir dari Reuters.
Bantuan tersebut rencananya akan dicairkan secara bertahap selama 4 bulan. Sebagai bagian awal dari paket bantuan tersebut, Bank Dunia akan segera mengirimkan dana sebesar 10 juta dolar AS secepatnya untuk Sri Lanka. Dana ini kemudian dapat digunakan untuk membantu pemerintah membiayai impor barang-barang esensial untuk kebutuhan masyarakat Sri Lanka.