Dengan terus menyusutnya cadangan devisa, bank-bank swasta sendiri juga telah kehabisan devisanya dalam berjuang untuk membiayai impor.
Wabah virus Corona yang menghantam negara itu, juga berperan penting semakin memperdalam jurang krisis ekonomi.
Melansir Al Jazeera, gula, beras, bawang merah dan kentang, telah mengalami lonjakan harga signifikan. Sementara masyarakat antre di luar toko untuk mendapatkan susu bubuk, minyak tanah dan gas untuk memasak.
Padahal, Sri Lanka telah menerapkan jam malam selama 16 hari karena peningkatan kasus COVID-19.
Menurut Worldometers, negara itu telah mencatatkan total sebanyak 440.302 kasus infeksi virus. Mereka yang meninggal telah mencapai 9.185 orang. Kini, sekitar 200 nyawa terancam setiap harinya akibat dari lonjakan kasus infeksi yang terus terjadi.
Pandemik Corona pada tahun 2020 telah membuat ekonomi negara itu menyusut 3,6 persen. Impor kendaraan, minyak nabati dan kunyit, salah satu bumbu penting makanan lokal telah dilarang untuk menghemat devisa. Bank Sentral Sri Lanka telah menaikkan suku bunga dalam upaya untuk menopang mata uang lokal.