Memasuki minggu ketiga dari tumpahnya darah Ghouta Timur akibat konflik pasukan Pemerintah Suriah dan pemberontak, ternyata sudah meninggalkan banyak duka bagi penduduk sipil. Setidaknya sudah lebih dari 1000 penduduk sipil yang terbunuh di Ghouta, dan 49 hingga 65 orang dinyatakan tewas di hari Jumat (9/3/2018) lalu, ketika bombardir pasukan pemerintah mengenai daerah padat penduduk.
Serangan yang membabi buta dan tidak berperikemanusiaan ini, telah menewaskan banyak anak-anak, wanita, dan orang yang tidak memegang senjata sama sekali. Bom kimia terpaksa digunakan untuk melemahkan pertahanan Pemberontak Salafi, tapi sayangnya penduduk sipil selalu menjadi korban utama.
PBB yang baru saja mengirimkan bantuan obat, makanan, dan mengevakuasi beberapa warga Ghouta Timur di hari Jumat (9/3/2018), ternyata juga mengalami pengeboman meskipun waktu gencatan senjata masih berlaku.
Pemerintah Suriah yang tidak mengakui keputusan PBB untuk menghentikan pertempuran di Suriah selama 30 hari, hanya akan menyetujui dan mengikuti permintaan Rusia. Yaitu gencatan senjata berdasarkan waktu tertentu per hari.
Dengan dimulainya serangan baru ini, nasib Ghouta Timur akan semakin menjadi 'neraka' yang sesungguhnya dan penduduk sipil tetap menjadi korban yang tidak dapat dihindari.