Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bank Sentral Suriah di Lapangan Saba' Bahrat, Damaskus. (commons.wikimedia.org/Michael Rostom)
Bank Sentral Suriah di Lapangan Saba' Bahrat, Damaskus. (commons.wikimedia.org/Michael Rostom)

Jakarta, IDN Times – Pemerintah Suriah yang baru telah menunjuk Maysaa Sabrine menjadi Gubernur Bank Sentral pertama dari kalangan perempuan di negara itu. Penunjukkan Sabrine menjadi rekor baru di pemerintahan Suriah.

“Dia perempuan pertama yang melakukannya dalam lebih dari 70 tahun sejarahnya,” kata seorang pejabat senior Suriah, dilansir Al Jazeera, Senin (30/12/2024).

Sabrine memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun di bidangnya. Ia adalah pejabat bank sentral lama yang sebagian besar fokus pada pengawasan sektor perbankan negara.

1. Sabrine memikiki segudang pengalaman di bidang keuangan

Dilansir Al Arabiya, sebelum menduduki jabatan barunya, Sabrine juga pernah menduduki beberapa jabatan penting di Bank Sentral, termasuk Wakil Gubernur Pertama dan Direktur Pengawasan. Ia juga menjabat sebagai Kepala Departemen Pengawasan Kantor.

Ia meraih gelar master di bidang akuntansi dari Universitas Damaskus dan menjadi akuntan publik bersertifikat. Ia kemudian menjadi anggota dewan direksi di Bursa Efek Damaskus sejak Desember 2018 mewakili bank sentral.

Sabrine menggantikan Mohammed Issam Hazime, yang diangkat menjadi gubernur pada 2021 oleh Presiden Bashar al-Assad saat itu dan tetap menjabat setelah Assad digulingkan.

2. Bank sentral masih berada di bawah sanksi ketat AS

Bank Sentral Suriah di Lapangan Saba' Bahrat, Damaskus. (commons.wikimedia.org/Michael Rostom)

Sejak pengambilalihan oleh pemberontak, bank sentral telah mengambil langkah-langkah untuk meliberalisasi ekonomi. Hal ini mencakup pembatalan kebutuhan pra-persetujuan untuk impor dan ekspor serta kontrol ketat terhadap penggunaan mata uang asing.

Namun, Suriah dan bank sentral masih berada di bawah sanksi berat yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) dan kekuatan Barat lainnya. Bank tersebut juga telah mencatat aset-aset negara tersebut setelah jatuhnya al-Assad.

Serangkaian penjarahan singkat juga sempat terjadi yang mengakibatkan mata uang Suriah dicuri, tetapi brankas utama tidak dibobol. Kubah itu menyimpan hampir 26 ton emas.

Cadangan mata uang asing telah menyusut dari sekitar 18 miliar dolar AS sebelum perang menjadi sekitar 200 juta dolar saat ini.

3. Harapan di balik penunjukan wanita di pemerintahan baru Suriah

Penunjukan Sabrine adalah kemajuan yang ditorehkan oleh HTS dalam melibatkan wanita di pemerintahannya. Sabrine bukanlah satu-satunya wanita yang ditunjuk dalam pemerintahan di abwah pemimpin de facto Ahmad al-Sharaa.

Ada juga Aisha al-Dibs yang ditunjuk pada awal bulan ini sebagai kepala Kantor Urusan Perempuan di bawah pemerintahan sementara Suriah.

Dilansir Shafaq, hak-hak perempuan tetap menjadi masalah yang sangat memprihatinkan di Suriah. Meskipun HTS telah berjanji untuk memprioritaskan pendidikan dan partisipasi perempuan dalam pemerintahan, namun pembatasan berbasis gender sempat menimbulkan keraguan.

HTS memiliki sejarah kontroversial terkait hak-hak perempuan. Dalam versi-versi sebelumnya, perempuan menghadapi pembatasan ketat, termasuk kewajiban mengenakan cadar dan pembatasan ketat terhadap pergerakan, pendidikan, dan pekerjaan mereka.

Penunjukkan Sabrine menjadi sebuah harapan baru bagi keberagaman dalam pemerintahan Suriah yang baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team