Survei: Warga Palestina Anggap Negara Arab Tidak Banyak Bantu Gaza

Jakarta, IDN Times - Sebagian besar warga Palestina berpendapat bahwa negara Arab dan Islam tidak berbuat cukup banyak untuk melindungi warga Gaza dari serangan mematikan Israel.
Survei yang dilakukan oleh Pusat Opini Publik Palestina (PCPO) mengungkap, hampir 75 persen warga Gaza menilai bahwa respons negara-negara Arab tidak memadai. Sentimen serupa juga dirasakan oleh 67 persen masyarakat di Tepi Barat.
“Secara historis, Palestina mengandalkan negara-negara Arab dan Islam untuk mendapatkan dukungan politik, diplomatik, dan materi. Namun, ada persepsi bahwa banyak dari negara-negara ini lebih memprioritaskan kepentingan geopolitik dan hubungan diplomatik daripada dukungan penuh terhadap hak-hak Palestina,” kata Nabil Kukali, presiden dan pendiri PCPO, kepada The New Arab.
Ia menambahkan bahwa normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan Israel telah berkontribusi secara signifikan terhadap meningkatnya ketidakpercayaan ini.
1. Mayoritas warga Gaza dan Tepi Barat khawatir dengan proposal Trump
Dalam survei tersebut, 75 persen warga Gaza dan lebih dari setengah responden di Tepi Barat juga khawatir terhadap proposal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mengambil alih Gaza dan menggusur 2,2 juta penduduknya.
Pada Februari 2025, Trump mengumumkan bahwa AS berencana menduduki Jalur Gaza setelah perang dan merelokasi penduduknya secara permanen untuk membangun apa ia sebut sebagai "Riviera Timur Tengah."
Usulan Trump ini menuai pujian dari Israel, namun ditentang keras oleh negara-negara Arab. Mesir dan Yordania menolak tekanan dari pemerintahan Trump untuk memukimkan warga Palestina di negara mereka.
Sebagai alternatif, Kairo menyusun peta jalan untuk rekonstruksi Gaza tanpa melibatkan pemindahan penduduk, sebuah rencana yang didukung oleh negara-negara Arab.
2. Dukungan terhadap Hamas lebih besar di Tepi Barat daripada Gaza
Survei tersebut juga mengungkap perbedaan pandangan yang tajam mengenai Hamas dan Otoritas Palestina (PA) di antara warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Lebih dari 60 persen warga Gaza mendukung gagasan untuk mengalihkan kekuasaan kepada PA. Namun, di Tepi Barat, di mana PA sangat tidak populer, hanya seperempat warga yang mendukung ide tersebut
Terkait Hamas, kurang dari 20 persen Gaza menganggap kelompok tersebut mewakili perlawanan Palestina, sementara hampir setengah warga Tepi Barat menyatakan dukungan mereka terhadap Hamas.
3. Israel perluas operasi darat di Gaza
Dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 590 warga Palestina, termasuk 200 anak-anak, telah tewas dan 1.042 lainnya terluka akibat serangan besar-besaran Israel di Gaza sejak Selasa (18/3/2025). Banyak orang diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan.
Pada Kamis (20/3/2025), Hamas mengatakan telah menembakkan rentetan roket M90 ke pusat komersial Israel di Tel Aviv sebagai balasan. Militer Israel melaporkan bahwa mereka mencegat satu proyektil yang ditembakkan dari Gaza, sementara dua lainnya jatuh di area terbuka. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Pada hari yang sama, militer Israel juga mengumumkan telah memperluas operasi daratnya di Rafah dan menghancurkan infrastruktur teroris di sana.
“Tentara telah memperluas aktivitas militernya di Jalur Gaza selatan, sambil melanjutkan operasi di bagian utara dan tengah Jalur Gaza,” tambahnya.