Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
BTS (instagram.com/bts.bighitofficial)

Jakarta, IDN Times – Media Korea JTBC News melaporkan kisah perempuan di Afghanistan yang harus membakar atau menyembunyikan album dan foto boyband BTS. Mereka khawatir di bawah sistem Imarah Islam Afghanistan, musik menjadi salah satu karya seni yang diharamkan atau preferensi musik mereka dibatasi.  

“Saya tidak lagi mendengar musik saya di jalanan seperti sebelum Taliban mengambil alih. Saya hanya mendengar musik-musik aneh Taliban sepanjang hari,” kata penduduk berinisial A, dikutip dari Korea Boo.  

“Situasi ini memaksa kami untuk membakar atau menyembunyikan foto dan album BTS kami,” kata warga lain berusia 18 tahun.

1. Para perempuan takut diculik Taliban

Pejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Lebih dari itu, mereka khawatir kebangkitan Taliban akan membatasi aktivitas perempuan di ruang publik.

“Saya sangat takut dan terkejut ketika Taliban datang. Saya takut mendengar bahwa Taliban menculik gadis-gadis. Sejak Taliban mengambil alih, saya tinggal di rumah,” ujar A.

Jangankan sekadar keluar rumah, tambah A, untuk mengintip situasi di luar rumah dari jendela saja A sudah merasa takut.

2. Memohon bantuan dari komunitas internasional

Cuplikan suasana di wilayah yang dikuasai Taliban. twitter.com/pagossman

Para perempuan yang diwawancarai JTBC memohon agar komunitas internasional mengambil tindakan konkret, tidak sekadar mengawasi dinamika teraktual.  

“Semua orang melihat kita mati. Saya berharap komunitas internasional tidak akan meninggalkan Afghanistan sendirian dalam hal ini,” papar A.

3. Warga skeptis terhadap komitmen Taliban

potret Taliban setelah menguasai Kabul (dnaindia.com)

Sebelumnya, melalui konferensi pers perdana setelah menaklukkan Kabul, Taliban berkomitmen untuk menghormati hak-hak perempuan, termasuk mengizinkan mereka untuk bekerja, bersekolah, dan tidak mewajibkan penggunaan burqa. Mereka juga berjanji akan membangun Afghanistan dengan sistem yang moderat dan inklusif.

Kendati begitu, banyak masyarakat yang skeptis dengan pernyataan Taliban. Bayangan mereka tentang Taliban adalah rezim kejam yang berkuasa sepanjang 1996-2001. Mereka tidak yakin Taliban yang sekarang akan berbeda dengan Taliban yang dulu.

“Itu semua baru perkataan, kami butuh bukti,” kata Sophia, bukan nama aslinya, kepada IDN Times.

Editorial Team