Tangguhkan Dana USAID Perburuk Penyebaran Ebola di Uganda

Jakarta, IDN Times - Pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa penangguhan dana oleh pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dapat memperburuk wabah Ebola yang sedang berkembang di Uganda. Serta, menunda bantuan penting dan mempersulit tanggapan.
Pembekuan besar-besaran bantuan luar negeri oleh pemerintahan Trump telah mengganggu upaya kesehatan global. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan lembaga nirlaba kesehatan, yang kini menghadapi tagihan yang belum dibayar, dengan banyak operasi yang didanai AS yang dihentikan atau dikurangi.
"Yang sedang kami bicarakan adalah para pekerja tanggap bencana, kami sedang berbicara tentang para pekerja kesehatan dan orang-orang yang berbuat baik dan melindungi Amerika di seluruh dunia," kata Atul Gawande, mantan Direktur Kesehatan Global USAID kepada CBS News pada awal bulan ini.
USAID berencana memberhentikan hampir seluruh stafnya pada 7 Februari 2025 dan menutup misi di luar negeri.
1. Belum ada vaksin yang disetujui oleh FDA AS terkait virus Ebola
Penangguhan tersebut mengakibatkan kurangnya staf dalam pelacakan kontak dan penyaringan pelancong internasional yang berangkat di Uganda. Alasannya, banyak pakar yang didanai AS di seluruh wilayah tersebut telah diberhentikan atau diperintahkan untuk berhenti bekerja.
Lebih dari selusin warga Amerika di Uganda, juga termasuk di antara mereka yang sejauh ini diketahui telah terpapar Penyakit Virus Ebola Sudan (SUDV), yakni jenis Ebola yang telah menginfeksi kasus awal. Orang-orang tersebut sejauh ini belum menunjukkan gejala.
Tidak ada vaksin atau pengobatan yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS untuk virus tersebut. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jenis Ebola ini telah berakibat fatal dengan jumlah kematian mencapai 41 persen kasus yang dilaporkan selama wabah sebelumnya.
WHO mengatakan wabah ini merupakan wabah kedelapan di Uganda akibat virus Ebola. Kasus pertama bermula ketika seorang perawat di sebuah rumah sakit di Kampala tertular virus Ebola dan meninggal delapan hari kemudian. Wabah itu kini melibatkan enam kasus terkonfirmasi dan enam kasus terduga, dengan dua kasus tidak menunjukkan kaitan yang jelas dengan virus tersebut.