Jakarta, IDN Times - Abbas al-Tannoukhi, seorang pengusaha Lebanon, berupaya memakamkan kerabatnya di kampung halaman mereka di Khiyam, Lebanon selatan, usai gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah berlaku pekan lalu. Namun, upaya tersebut urung terlaksana akibat ancaman dari tank-tank Israel yang masih berada di sana.
Sepupu Tannoukhi tewas dalam salah satu serangan udara Israel di pinggiran Beirut sebelum berlakunya gencatan senjata pada Rabu (27/11/2024). Menurut kesepakatan itu, militer Israel diberi waktu 60 hari untuk menarik pasukannya dari Lebanon, sementara pasukan tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB akan mengambil alih wilayah di selatan negara itu.
Meski telah mengoordinasikan pergerakannya dengan tentara Lebanon, tank-tank Israel mengepung Tannoukhi dan kerabatnya saat mereka tiba di pemakaman keluarga di Khiyam, yang berjarak 6 kilometer dari perbatasan, pada Jumat (29/11/2024).
“Kami hanya butuh waktu 30 menit (untuk menguburkannya). Tapi kami terkejut ketika tank-tank Israel mengepung kami, dan saat itulah tembakan mulai terdengar," kata pria berusia 54 tahun tersebut kepada Reuters.
Ia dan kerabatnya langsung melarikan diri ke pos pemeriksaan yang dioperasikan oleh tentara Lebanon untuk mencari perlindungan. Tak lama setelah itu, mereka mencoba kembali ke pemakaman, namun tank-tank Israel kembali menembaki mereka.
"Kami tidak dapat menguburkannya. Kami harus meninggalkan jenazahnya di dalam ambulans. Namun kami akan mencobanya lagi," tambahnya.