Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi - Ribuan warga Palestina kembali ke Gaza utara dari pengungsian di wilayah selatan. (ANTARA/Anadolu/py)
Ilustrasi - Ribuan warga Palestina kembali ke Gaza utara dari pengungsian di wilayah selatan. (ANTARA/Anadolu/py)

Intinya sih...

  • Raja Yordania Abdullah II teguh pada posisi negaranya terhadap pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
  • Mencapai perdamaian yang adil berdasarkan Two State Solution adalah cara untuk memastikan stabilitas regional.
  • Trump akan "mengambil alih" Jalur Gaza yang terkepung di bawah otoritas AS, sementara gencatan senjata di Gaza terancam gagal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Raja Yordania Abdullah II, menegaskan kembali posisi teguh negaranya terhadap pemindahan warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Ia menyampaikan ini selama pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih.

Pemimpin Yordania tersebut mengatakan, ia telah melakukan "pertemuan yang konstruktif" dengan Trump. Keduanya juga membahas kemitraan jangka panjang Yordania dengan AS.

"Saya menegaskan kembali posisi teguh Yordania terhadap pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Ini adalah posisi Arab yang bersatu. Membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas bagi semua orang," tulisnya di X, dikutip Anadolu, Rabu (12/2/2025).

1. Stabilitas regional penting untuk capai Two State Solution

Raja Abdullah II mengatakan, mencapai perdamaian yang adil berdasarkan Two State Solution adalah cara untuk memastikan stabilitas regional.

"Ini membutuhkan kepemimpinan AS. Presiden Trump adalah orang yang cinta damai. Ia berperan penting dalam mengamankan gencatan senjata Gaza. Kami berharap kepada AS dan semua pemangku kepentingan untuk memastikannya tetap berlaku," tulisnya.

Ia juga menekankan pentingnya bekerja menuju de-eskalasi di Tepi Barat. Langkah ini harus dilakukan demi mencegah memburuknya situasi di sana yang dapat berdampak luas bagi seluruh kawasan.

"Kami akan terus memainkan peran aktif dengan mitra kami untuk mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh bagi semua orang di kawasan ini,” sambung Raja Abdullah.

2. Trump tetap akan laksanakan usulannya di bawah banyak kritik

Presiden AS Donald Trump saat mengesahkan serangkain perintah eksekutif. (The Trump White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Trump mengatakan, selama pertemuannya, ia akan "mengambil alih" Jalur Gaza yang terkepung di bawah otoritas AS. Trump menegaskan bahwa ia akan melaksanakan usulannya yang banyak dikritik untuk mengambil alih kepemilikan Gaza.

“Kami akan menjalankannya dengan sangat baik," kata Trump.

3. Gencatan senjata Gaza terancam gagal

Palestina Kembali ke Gaza Utara (pxhere.com)

Sementara itu, gencatan senjata di Gaza terancam gagal. Hamas mengumumkan akan menunda pengembalian sandera karena menganggap Israel melanggar perjanjian gencatan senjata.

Israel sendiri sudah memerintahkan pasukannya di Gaza untuk siaga level tertinggi usai pengumuman Hamas itu. Mereka juga menuduh Hamas mengingkari perjanjian yang baru berusia tiga pekan tersebut.

Trump juga ikut campur dalam hal ini. Ia mengancam Hamas akan ada ‘neraka total’ di Gaza jika seluruh sandera tidak dibebaskan paling lambat Sabtu pukul 12.00 waktu setempat.

Perang Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 ini telah menewaskan lebih dari 47.000 jiwa dan melukai ratusan ribu lainnya. Korban mayoritas perempuan dan anak-anak.

Editorial Team