Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Libanon (unsplash.com/Charbel Karam)
bendera Libanon (unsplash.com/Charbel Karam)

Jakarta, IDN Times - Tentara Lebanon, pada Kamis (7/9/2023), melaporkan bahwa pihaknya telah mencegah masuknya sekitar 1.200 migran Suriah ke negara tersebut dalam sepekan terakhir. Pada minggu sebelumnya, mereka juga telah menghalau 1.100 pengungsi yang menyeberang ke Libanon.

Dalam beberapa bulan terakhir, ribuan warga Suriah berhasil mencapai Lebanon melalui titik penyeberangan ilegal untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Tidak lama setelah konflik di Suriah pecah pada Maret 2011, Lebanon menerima ratusan ribu pengungsi. Namun hal ini berubah pada tahun-tahun berikutnya, terutama setelah Lebanon dilanda krisis ekonomi pada Oktober 2019.

1. Arus masuk pengungsi akan ciptakan ketidakseimbangan demografi

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang gelombang baru pengungsi Suriah yang melintasi jalur ilegal.

“Tentara dan polisi berupaya mencegah hal ini,” ujarnya dalam pertemuan Kabinet, dikutip France24.

Menurut Mikati, hal yang paling mengkhawatirkan adalah sebagian besar pengungsi merupakan laki-laki dan perempuan muda.

“Hal ini mengancam independensi entitas kami dan dapat menciptakan ketidakseimbangan yang dapat memengaruhi keseimbangan demografi Lebanon," kata dia. 

Mikati menambahkan, sidang Kabinet lainnya akan diadakan pekan depan bersama panglima tentara dan kepala badan keamanan untuk membahas isu pengungsi.

2. Pengungsi Suriah di Lebanon diperkirakan mencapai 2 juta

Melansir Associated Press, Lebanon menampung sekitar 805 ribu pengungsi Suriah yang terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, para pejabat memperkirakan jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi, yakni antara 1,5 juta dan 2 juta.

Menteri sementara Pengungsi Lebanon, Issam Charafeddine, mengatakan bahwa 8 ribu pengungsi Suriah telah memasuki Lebanon melalui titik penyeberangan ilegal sejak awal Agustus. Adapun 20 ribu pengungsi lainnya telah menyeberang ke negara itu sejak awal tahun.

Bulan lalu, Damaskus menghapuskan subsidi bahan bakar, berdampak pada kehidupan warga Suriah yang menderita akibat perang sipil selama 12 tahun dan krisis ekonomi.

Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 500 ribu orang dan merusak infrastruktur serta industri negara. Menurut PBB, sebagian besar penduduknya telah jatuh ke dalam kemiskinan akibat perang.

3. Sentimen anti-Suriah meningkat

Sementara itu, sentimen anti-Suriah juga telah meningkat di Lebanon dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini terjadi lantaran beberapa pejabat menyalahkan pengungsi atas kesengsaraan yang terjadi di negara tersebut.

Seorang pejabat keamanan mengatakan kepada, perbatasan Suriah-Lebanon sangat rawan dan jumlah tentara yang dimobilisasi tidak mencukupi.

“Sebagian besar warga Suriah datang ke Lebanon dengan harapan mendapatkan pekerjaan, mengingat kondisi kehidupan yang memburuk yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara mereka,” kata pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah