Presiden Bolivia untuk partai Pergerakan untuk Sosialisme (MAS) Evo Morales berbicara saat penutupan reli kampanye di Santa Cruz, Bolivia, pada 15 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado
Krisis politik di Bolivia dimulai dari adanya tudingan bahwa ada kecurangan Pemilu yang membuat Morales menang. Salah satu entitas yang dengan keras mengeluarkan tuduhan itu adalah Organization of American States (OAS). Organisasi yang beranggotakan 35 negara benua Amerika itu bertindak sebagai pengamat dalam penyelenggaraan Pemilu pada 20 Oktober lalu.
Dalam laporannya, OAS menyatakan tidak bisa memverifikasi hasil pemungutan suara setelah menemukan adanya "manipulasi" selama audit. "Manipulasi sistem komputer begitu luar biasa sehingga harus diselidiki secara mendalam oleh Bolivia untuk sampai ke dasar persoalan dan meminta pertanggungjawaban dalam kasus serius ini," tulis OAS.
Dilansir dari media lokal Confidencial, kantor Jaksa Agung Bolivia telah mengeluarkan sebuah pernyataan resmi usai pengunduran diri Morales. Jaksa Agung menginstruksikan "dimulainya segala tindakan legal dengan segera terhadap seluruh anggota otoritas Pemilu, TSE, dan semua yang terlibat dalam dugaan aksi kecurangan".