Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wali Kota di Bolivia Diarak, Disemprot Cat dan Dipangkas Rambutnya

Polisi huru-hara menggunakan semprotan merica kepada pengunjuk rasa dalam sebuah protes di La Paz, Bolivia, pada 21 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino
Polisi huru-hara menggunakan semprotan merica kepada pengunjuk rasa dalam sebuah protes di La Paz, Bolivia, pada 21 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino

La Paz, IDN Times - Wali Kota Vinto di Bolivia, Patricia Arce, mendapat serangan tidak manusiawi dari massa pada Rabu waktu setempat (6/10). Seperti dilaporkan media lokal Los Tiempos, massa menyerang Arce di tengah jalan dengan mengarak, menyemprotkan cat berwarna merah, kemudian memangkas rambutnya secara paksa.

Pelaku penyerangan adalah orang-orang dengan penutup wajah yang turun ke jalan di tengah protes untuk menggugat hasil Pemilu pada Oktober lalu. Arce menjadi target karena dia merupakan anggota Partai Gerakan Sosialisme (MAS) yang diketuai Evo Morales, politisi pemenang Pemilu.

1. Penyerangnya percaya Arce berada di balik kematian sejumlah demonstran anti-pemerintah

Demonstrasi yang berlangsung di Vinto, sekitar 336 kilometer selatan ibu kota La Paz, merupakan krisis politik terbaru di Bolivia menyusul tudingan dari Carlos Mesa, lawan Morales, dan para pendukungnya bahwa Pemilu telah dicurangi.

Massa pun bergerak setelah muncul laporan bahwa ada sejumlah orang meninggal ketika kelompok pendukung pemerintah yang diduga dikerahkan Arce berusaha membubarkan demonstran anti-pemerintah.

Belum jelas bagaimana Arce bisa berada di tengah orang-orang bermasker wajah tersebut yang kemudian memaksanya bersujud sebelum rambutnya dipangkas dan tubuhnya disemprot cat berwarna merah. Dalam video yang beredar di media sosial, para penyerangnya terlihat memaksanya membawa pentungan besi sambil berjalan.

2. Arce diselamatkan oleh petugas keamanan

Pendukung calon presiden Bolivia Carlos Mesa melakukan reli demonstrasi di La Paz, Bolivia, pada 28 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Manuel Claure
Pendukung calon presiden Bolivia Carlos Mesa melakukan reli demonstrasi di La Paz, Bolivia, pada 28 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Manuel Claure

Massa juga dilaporkan membakar Balai Kota Vinto pada hari yang sama. Usai diserang, petugas keamanan menyelamatkan Arce dengan menggunakan sepeda motor. Ia sendiri sempat berbicara kepada para reporter dalam kondisi masih berbalut cat. 

"Saya tidak takut untuk mengatakan kebenaran. Dan saya tinggal di negara bebas. Dan saya tak akan tutup mulut dan jika mereka ingin membunuh saya, mereka akan membunuh saya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, demi proses perubahan ini, saya akan menyerahkan seluruh hidup saya," kata Arce, seperti dilansir dari Time.

3. Morales, melalui Twitter, mengecam serangan terhadap Arce

Demonstran membawa spanduk bergambar Presiden Bolivia Evo Morales dengan tanduk merak saat aksi protes di La Paz, Bolivia, pada 26 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado
Demonstran membawa spanduk bergambar Presiden Bolivia Evo Morales dengan tanduk merak saat aksi protes di La Paz, Bolivia, pada 26 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado

Dalam sebuah cuitan berbahasa Spanyol, Morales menunjukkan dukungan kepada Arce dan mengecam apa yang terjadi kepadanya. "Seluruh rasa solidaritas saya untuk saudari kita, Wali Kota Vinto, Patricia Arce, yang diculik dan disiksa secara kejam karena mengutarakan dan mempertahankan ide serta prinsipnya terhadap warga miskin," tulis Morales.

"Kita mengecam aksi kekerasan yang menyebabkan kesedihan dan rasa sakit di antara keluarga Bolivia." Sebanyak tiga orang dilaporkan meninggal sejak protes terhadap hasil Pemilu yang diselenggarakan pada 20 Oktober lalu. Para korban tewas saat terjadi bentrokan antara pendukung Morales dan Mesa.

4. Morales menjabat selama empat periode dan menjadikannya pemimpin Bolivia terlama

Presiden Bolivia untuk partai Pergerakan untuk Sosialisme (MAS) Evo Morales berbicara saat penutupan reli kampanye di Santa Cruz, Bolivia, pada 15 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado
Presiden Bolivia untuk partai Pergerakan untuk Sosialisme (MAS) Evo Morales berbicara saat penutupan reli kampanye di Santa Cruz, Bolivia, pada 15 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado

Morales mendeklarasikan dirinya sebagai pemenang Pemilu dan akhirnya menjabat empat kali berturut-turut. Ia pun dinobatkan sebagai pemimpin Bolivia terlama. Mesa, mantan Presiden Bolivia dari 2003 sampai 2005 yang menjadi lawannya, menuding Morales telah melakukan "sebuah kecurangan besar" agar terpilih kembali.

Hasil Pemilu pun dicurigai tidak jujur. Sebabnya pada hari pemungutan suara, petugas Pemilu memutuskan menghentikan laporan penghitungan suara secara mendadak. Di periode tersebut, Morales diumumkan sukses menyingkirkan delapan kandidat lainnya.

Namun, perolehannya masih kurang untuk menghindari Pemilu putaran kedua. Keesokan harinya, petugas Pemilu mempublikasikan kenaikan suara yang sangat signifikan bagi Morales. Ia dinyatakan unggul 47,08 persen di atas Mesa yang mendapatkan 36,51 persen.

5. Petugas Pemilu dituding tidak transparan dan sengaja memenangkan Morales

Mantan presiden Bolivia Carlos Mesa dan calon presiden untuk Citizen Community melambaikan tangan dalam sebuah reli di La Paz, Bolivia, pada 27 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado
Mantan presiden Bolivia Carlos Mesa dan calon presiden untuk Citizen Community melambaikan tangan dalam sebuah reli di La Paz, Bolivia, pada 27 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/David Mercado

Dalam sistem Pemilu Bolivia, kandidat dinyatakan menang jika memperoleh lebih dari 50 persen suara atau lebih dari 40 persen suara dengan selisih minimal 10 persen dari lawan. Berdasarkan ini, Morales kekurangan 0,7 persen agar bisa menghindari Pemilu putaran dua melawan Mesa.

Dikutip dari BBC, hasil itu sempat diumumkan di situs resmi penyelenggara Pemilu. Mesa dan para pendukungnya pun menyambut gembira. Akan tetapi, tidak ada perkembangan lagi selama 24 jam di situs tersebut. Keesokan harinya, Morales dinyatakan menang dengan unggul 10,12 persen dari Mesa. Ini yang kemudian membuat para pendukung Mesa memutuskan turun ke jalan dan memulai krisis politik terbaru.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us