Jakarta, IDN Times - Thailand menegaskan, ancaman tarif dagang tidak seharusnya digunakan sebagai alat tekanan politik di tengah kembali memanasnya konflik perbatasan dengan Kamboja. Sikap ini ditegaskan menyusul eskalasi kekerasan yang menewaskan sedikitnya 12 orang dan memaksa ratusan ribu warga mengungsi.
Ketegangan kedua negara kembali pecah setelah berminggu-minggu berada dalam situasi genting. Masing-masing pemerintah saling menuduh menjadi pihak pertama yang melepaskan tembakan dalam bentrokan yang terjadi pada Senin (8/12/2025).
Kementerian Luar Negeri Thailand menyampaikan, tekanan ekonomi dari negara lain, termasuk Amerika Serikat, tidak boleh dikaitkan dengan upaya kedua negara untuk kembali berdialog. Thailand menilai de-eskalasi terlebih dahulu harus datang dari Kamboja.
