Trump Mau Telepon Pemimpin Thailand-Kamboja untuk Hentikan Konflik

- Bentrokan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga, memicu kekhawatiran internasional atas meningkatnya kekerasan di sepanjang perbatasan kedua negara.
- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan melakukan panggilan telepon untuk menghentikan konflik, setelah sebelumnya berhasil menengahi gencatan senjata pada Juli.
- Thailand menyatakan tidak melihat peluang dialog, sementara Kamboja menyampaikan kesiapan untuk bernegosiasi kapan pun, membuat prospek perdamaian kembali tidak menentu.
Jakarta, IDN Times - Bentrokan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Rabu (10/12/2025), memicu kekhawatiran internasional atas meningkatnya kekerasan di sepanjang perbatasan kedua negara. Pertempuran yang meluas itu telah menewaskan warga sipil dan personel militer, serta memaksa ratusan ribu orang mengungsi.
Di tengah eskalasi tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan melakukan panggilan telepon untuk menghentikan konflik. Trump sebelumnya berperan dalam menengahi gencatan senjata pada Juli, yang mengakhiri pertempuran lima hari antara kedua negara.
Namun suasana saat ini jauh dari stabil. Thailand menyatakan tidak melihat peluang dialog, sementara Kamboja menyampaikan kesiapan untuk bernegosiasi kapan pun. Perbedaan sikap ini membuat prospek perdamaian kembali tidak menentu.
1. Trump akan telpon untuk menghentikan perang

Dalam sebuah kampanye di Pennsylvania pada Selasa (9/12), Trump menyebut kembali beberapa konflik global yang ia klaim berhasil hentikan. Ketika berbicara tentang Asia Tenggara, ia berhenti pada konflik Thailand–Kamboja yang kembali menyala.
“Aku benci mengatakan ini, yang namanya Kamboja-Thailand dan itu mulai hari ini dan besok aku harus melakukan panggilan telepon. Siapa lagi yang bisa mengatakan aku akan melakukan panggilan telepon dan menghentikan perang dua negara yang sangat kuat, Thailand dan Kamboja,” katanya, dikutip dari Bangkok Post.
Trump sebelumnya telah berbicara dengan para pemimpin kedua negara dan menjadi tokoh kunci dalam rapuhnya gencatan senjata pasca-bentrok Juli, yang menewaskan sedikitnya 48 orang. Saat itu, ia menggunakan pengaruh negosiasi dagang untuk menekan tercapainya gencatan.
Namun Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow menyatakan, ancaman tarif tidak seharusnya digunakan untuk memaksa Thailand kembali ke meja perundingan.
2. Bangkok dan Phnom Penh berbeda sikap

Menlu Thailand Sihasak mengatakan, situasi perang perbatasan tidak kondusif untuk mediasi pihak ketiga. Ia menegaskan tidak ada ruang negosiasi dalam kondisi saat ini.
Sebaliknya, seorang penasihat utama Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyatakan negaranya siap berbicara kapan saja.
Ketegangan meningkat sejak bulan lalu setelah Thailand menangguhkan langkah de-eskalasi yang disepakati pada pertemuan Oktober di hadapan Trump. Langkah itu diambil setelah seorang prajurit Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau yang disebut Bangkok baru ditanam oleh Kamboja, tuduhan yang dibantah Phnom Penh.
Kedua negara telah mengevakuasi ratusan ribu warga dari wilayah perbatasan, sementara jumlah korban terus bertambah. Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan, sembilan warga sipil tewas sejak Senin dan 20 lainnya luka berat. Pihak Thailand melaporkan empat tentara tewas dan 68 personel terluka.
3. Serangan berlanjut, SEA Games terdampak

Militer Thailand secara terbuka menyatakan tujuan untuk melumpuhkan kemampuan militer Kamboja. Seorang jenderal senior pada Senin mengatakan, targetnya adalah melumpuhkan kemampuan militer Kamboja untuk waktu yang lama.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan pasukannya tidak punya pilihan selain melakukan tindakan defensif. Mereka menuduh Thailand menargetkan area pemukiman sipil secara membabi buta dan brutal menggunakan tembakan artileri, tuduhan yang dibantah oleh Bangkok.
Pada Rabu pagi, roket yang ditembakkan dari wilayah perbatasan Kamboja menghantam Rumah Sakit Phanom Dong Rak di Provinsi Surin. Fasilitas kesehatan ini juga pernah rusak dalam bentrokan serupa pada Juli lalu.
Konflik juga berdampak pada ajang olahraga regional. Seluruh atlet dan ofisial Kamboja menarik diri dari SEA Games 2025 karena kekhawatiran gangguan perjalanan jika situasi perbatasan memburuk.
Upacara pembukaan SEA Games digelar pada Selasa di Stadion Nasional Rajamangala, Bangkok. Dengan mundurnya kontingen Kamboja, kompetisi kini diikuti atlet dari 10 negara Asia Tenggara lainnya.
















