TikTok jadi pesaing ampuh bagi platform media sosial yang lebih dahulu ada. Ilustrasi (unsplash.com/Hello I'm Nik)
Sebagai aplikasi media sosial yang baru, TikTok memang tak memiliki pasar iklan sebaik para pendahulunya. Namun selama tahun yang suram di 2020 ketika bertarung dengan kemelut kebijakan Trump, aplikasi tersebut mengatakan ada peningkatan 500 persen dari pengiklan yang menjalankan kampanyenya di aplikasi.
Kehadiran TikTok telah menjadi pesaing baru yang ampuh bagi platform media sosial lainnya. Ketika wabah virus corona menghantam, aplikasi ini popularitasnya melonjak drastis.
Bahkan TikTok juga menjadi salah satu aplikasi yang dibuat oleh para pendukung Biden untuk mengejek Trump, dengan membeli tiket kampanye Donald Trump di Oklahoma, tapi sengaja tidak datang menghadiri acara itu.
Ketika TikTok tumbang karena kebijakan Trump, perusahaan saingan seperti Triller, Instagram dan YouTube meluncurkan versi video pendeknya sendiri. Pada 1 Agustus, menurut LA Times, Triller menggeser TikTok dan menjadi palikasi No.1 di AS. Kini ketika masa depan TikTok di AS kembali terlihat cerah, platform tersebut kembali bangkit dan menjadi ancaman bagi para pesaingnya.
Mulai Desember, para pengiklan kembali menyerbu TikTok. Baru-baru ini Universal Music Group (UMG) menjalin kerja sama yang lebih luas. Sony Music Entertainment dan Warner Music Group juga kembali ke TikTok.
Michael Nash, wakil presiden eksekutif strategi digital UMG mengaku bahwa TikTok sangat menarik karena para artis dapat terlibat langsung terlibat dengan para pengemarnya di dalam platform. Dia juga mengaku “Di sinilah yang baru (artis) dirangkul, tetapi juga tempat lagu-lagu hebat dari masa lalu ditemukan kembali,” ujarnya.