Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Kolombia dengan tarif perdagangan dan pembatasan visa setelah Presiden Kolombia Gustavo Petro menolak penerbangan deportasi migran dari AS pada Minggu (26/1/2025).

Trump menggunakan ancaman ekonomi untuk menekan Kolombia agar menerima penerbangan deportasi.

1. AS tekan Kolombia dengan tarif dan sanksi

Melalui platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menyatakan menerapkan tarif 25 persen pada barang-barang Kolombia, yang akan dinaikkan menjadi 50 persen jika Kolombia tetap menolak deportasi.

“Kami juga akan melarang perjalanan dan mencabut visa pejabat Kolombia beserta keluarga mereka,” tulis Trump.

Tom Homan, penasihat imigrasi Trump, yakin negara-negara yang menolak deportasi pada akhirnya akan tunduk pada tekanan AS.

“Mereka pasti akan menerima kembali warganya,” ujar Homan kepada ABC News

2. Kolombia tolak penerbangan deportasi

Presiden Petro mengatakan, negaranya tidak akan menerima penerbangan deportasi dari AS jika migran diperlakukan seperti kriminal. Pernyataan ini ia sampaikan di media sosial, termasuk dalam unggahan video yang menunjukkan migran di Brasil berjalan dengan tangan dan kaki diborgol.

“Seorang migran bukanlah penjahat dan harus diperlakukan dengan martabat yang layak bagi manusia,” tulis Petro di X (sebelumnya Twitter), dilansir DW.

Ia menegaskan bahwa Kolombia hanya akan menerima warganya menggunakan pesawat sipil tanpa perlakuan yang tidak manusiawi.

Keputusan ini menjadi respons terhadap kebijakan Trump yang menggunakan pesawat militer untuk memulangkan migran ke negara asal mereka.

3. Kebijakan deportasi massal Trump

Dilansir Al Jazeera, deportasi massal menjadi prioritas dalam kebijakan Trump untuk mengurangi imigrasi ilegal. Sebelumnya, pada masa kepresidenannya (2017-2021), Trump berhasil memaksa Meksiko menerima migran non-Meksiko dengan ancaman tarif dagang.

Kini, langkah serupa kembali dilakukan. Jumat lalu, dua pesawat militer AS membawa migran yang dideportasi ke Guatemala, sementara Honduras menerima 193 migran melalui dua penerbangan terpisah.

Langkah Trump ini menunjukkan upayanya untuk memenuhi janji kampanye dalam menekan angka imigrasi ilegal di AS.

Kebijakan ini memicu ketegangan hubungan diplomatik antara AS dan negara-negara di Amerika Latin. Ancaman tarif dan sanksi visa tidak hanya berdampak pada pemerintah, tetapi juga pada hubungan ekonomi dan perlakuan terhadap migran di kawasan tersebut.

Langkah Trump menjadi tantangan bagi negara-negara Amerika Latin dalam menghadapi tekanan dari kebijakan imigrasi AS yang lebih keras.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama