Dilansir Al Jazeera, deportasi massal menjadi prioritas dalam kebijakan Trump untuk mengurangi imigrasi ilegal. Sebelumnya, pada masa kepresidenannya (2017-2021), Trump berhasil memaksa Meksiko menerima migran non-Meksiko dengan ancaman tarif dagang.
Kini, langkah serupa kembali dilakukan. Jumat lalu, dua pesawat militer AS membawa migran yang dideportasi ke Guatemala, sementara Honduras menerima 193 migran melalui dua penerbangan terpisah.
Langkah Trump ini menunjukkan upayanya untuk memenuhi janji kampanye dalam menekan angka imigrasi ilegal di AS.
Kebijakan ini memicu ketegangan hubungan diplomatik antara AS dan negara-negara di Amerika Latin. Ancaman tarif dan sanksi visa tidak hanya berdampak pada pemerintah, tetapi juga pada hubungan ekonomi dan perlakuan terhadap migran di kawasan tersebut.
Langkah Trump menjadi tantangan bagi negara-negara Amerika Latin dalam menghadapi tekanan dari kebijakan imigrasi AS yang lebih keras.