Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Intinya sih...

  • Trump buka peluang bertemu Kim Jong-un di masa depan.

  • AS dan Korea Selatan perkuat hubungan dagang melalui investasi besar.

  • Isu politik dan keamanan warnai hubungan bilateral Trump–Lee.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyampaikan ketertarikannya untuk bertemu pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, demi menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea pada Senin (25/8/2025). Hal itu ia ungkap saat menerima Presiden Korea Selatan yang baru terpilih, Lee Jae Myung, dalam kunjungan ke Gedung Putih.

Pertemuan ini menjadi momentum awal hubungan keduanya sejak Lee dilantik Juni lalu. Lee memuji kepemimpinan Trump dalam ekonomi AS dan bahkan menyebut dirinya membaca buku Trump: The Art of the Deal untuk persiapan. Ia juga menyampaikan ajakan agar Trump mencari jalan damai dengan Korea Utara.

“Saya harap Anda dapat membawa perdamaian ke Semenanjung Korea, satu-satunya negara yang terbagi di dunia, sehingga Anda dapat bertemu dengan Kim Jong-un, membangun Trump World [kompleks real estat] di Korea Utara sehingga saya bisa bermain golf di sana, dan sehingga Anda benar-benar dapat berperan sebagai pembawa damai bersejarah dunia,” kata Lee, dikutip dari The Guardian.

1. Trump buka peluang bertemu Kim Jong-un di masa depan

Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia berpartisipasi dalam serangkaian upacara resmi untuk merayakan peringatan 70 tahun Hari Kemenangan dalam Perang Pembebasan Tanah Air Besar. (Mil.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Trump merespons positif ajakan tersebut dan menegaskan kesediaannya untuk bertemu Kim.

“Saya ingin mengadakan pertemuan. Saya menantikan untuk bertemu dengan Kim Jong-un di waktu yang tepat di masa depan,” ujarnya.

Ia juga mengenang kunjungan tahun 2019 ke Zona Demiliterisasi (DMZ), saat ia menjadi presiden AS pertama yang melangkah ke Korea Utara atas undangan Kim.

Korea Utara di bawah kepemimpinan Kim sejak 2011 tetap mengembangkan senjata nuklir meski Dewan Keamanan PBB menuntut denuklirisasi. Baru-baru ini, Kim mengawasi uji sistem pertahanan udara baru sekaligus mengecam latihan militer gabungan AS–Korea Selatan. Upaya Trump untuk melanjutkan diplomasi pasca pertemuan di Singapura, Hanoi, dan DMZ sebelumnya masih belum menghasilkan kesepakatan konkret.

Dilansir dari The Independent, Trump juga menyinggung rencananya hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Seoul untuk membahas hubungan antar-Korea, meski jadwal kunjungannya padat. Ia menilai kondisi Semenanjung Korea lebih stabil pada masa jabatan pertamanya. Trump juga menyebut Kim menghindari pembicaraan dengan eks Presiden AS, Joe Biden, karena tidak menghormatinya.

2. AS dan Korea Selatan perkuat hubungan dagang melalui investasi besar

Trump dan Lee juga membicarakan kerja sama perdagangan, membangun kesepakatan Juli 2025 yang memangkas tarif AS atas produk Korea Selatan. Sebagai gantinya, Seoul berinvestasi sebesar 450 miliar dolar AS (setara Rp7,1 kuadriliun), termasuk 350 miliar dolar AS (setara Rp5,68 kuadriliun)untuk proyek yang dikendalikan Trump dan 100 miliar dolar AS (setara Rp1,62 kuadriliun) untuk gas alam. Trump memberi sinyal bisa meninjau ulang sebagian kesepakatan tersebut dan menegaskan bahwa hal itu tidak otomatis membuat Korea Selatan memperoleh keuntungan.

Trump turut memuji industri galangan kapal Korea Selatan yang dianggapnya unggul secara global.

“Kami sedang mempertimbangkan untuk mengontrak beberapa kapal. Mereka membangunnya dengan sangat baik. Kami menyukai apa yang mereka lakukan. Kami menyukai produk mereka. Kami menyukai kapal mereka,” ucapnya, dikutip dari Politico.

Sementara itu, Lee dijadwalkan meninjau Hanwha Philly Shipyard di Philadelphia pada Selasa (26/8/2025) untuk membahas kelanjutan kerja sama.

Selain itu, Trump menyinggung rencana kemitraan energi dengan Korea Selatan dan Jepang untuk mengekspor gas alam cair dari Alaska. Menurutnya, langkah itu dapat memperkuat ikatan ekonomi tiga negara sekaligus memperluas jaringan perdagangan energi.

3. Isu politik dan keamanan warnai hubungan bilateral Trump–Lee

ilustrasi militer (pexels.com/Somchai Komkamsri)

Pertemuan di Gedung Putih ini berlangsung di tengah sorotan atas komentar Trump di media sosial mengenai dugaan pembersihan atau revolusi di Korea Selatan. Lee meluruskan bahwa hal tersebut berkaitan dengan penyelidikan khusus yang dibentuk Majelis Nasional Korea Selatan terhadap dugaan kejahatan keuangan Gereja Unifikasi dan isu percobaan kudeta oleh eks Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol.

“Saya yakin ini adalah kesalahpahaman,” kata Trump menanggapi hal itu.

Trump juga mengungkap keinginannya menegosiasi ulang Perjanjian Langkah Khusus ke-12 (SMA) tentang pembiayaan 28 ribu pasukan AS (Trump keliru menyebut 40 ribu) di Korea Selatan. Mulai 2026, Seoul diwajibkan menyetor 1,1 miliar dolar AS (setara Rp17,8 triliun) per tahun dengan penyesuaian inflasi, namun Trump menuntut 10 miliar dolar AS (setara Rp162 triliun) setiap tahun dan kepemilikan penuh atas lahan pangkalan militer AS.

Korea Selatan sangat bergantung pada dukungan militer AS, termasuk kehadiran pasukan dan jaminan nuklir, untuk menjaga keamanannya. Pandangan Trump yang menyebut Korea Selatan sebagai mesin uang karena mendapat perlindungan AS menyoroti tantangan dalam menjaga keseimbangan antara aliansi keamanan dan hubungan dagang kedua negara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team