sudut Kota Gaza. (unsplash.com/emad_el_bayed)
Eskalasi terjadi saat mediator Arab, Mesir dan Qatar, yang didukung oleh Amerika Serikat, memulai upaya gencatan senjata baru untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan dan mengamankan pembebasan sandera Israel dan asing yang masih ditahan oleh Hamas. Ketertarikan untuk menyelesaikan konflik Gaza meningkat setelah pemboman AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
Seorang pejabat Hamas mengatakan, telah memberi tahu para mediator bahwa mereka siap untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata. Ia menegaskan kembali tuntutan kelompok tersebut yang belum pernah diajukan bahwa kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan mengamankan penarikan Israel dari wilayah pesisir tersebut.
Hamas mengatakan bersedia membebaskan sandera yang tersisa di Gaza, 20 di antaranya masih hidup, hanya dalam kesepakatan yang akan mengakhiri perang. Israel mengatakan, mereka hanya dapat mengakhirinya jika Hamas dilucuti dan dibubarkan. Namun, Hamas menolak untuk meletakkan senjatanya.
Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dipicu pada Oktober 2023 ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang, menurut penghitungan Israel.
Serangan militer Israel berikutnya telah menewaskan lebih dari 56 ribu warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Hal ini membuat hampir seluruh 2,3 juta penduduk mengungsi, menjerumuskan daerah kantong itu ke dalam krisis kemanusiaan dan meninggalkan sebagian besarnya dalam reruntuhan.