Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Penolakan transit Presiden Lai terjadi saat beredar spekulasi bahwa Presiden Trump sedang mempersiapkan kunjungan ke China, bertepatan dengan pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Korea Selatan pada 31 Oktober–1 November 2025. Dalam unggahan di platform Truth Social pada Senin malam (28/7/2025), Trump menyampaikan pernyataannya.
“Saya tidak SEDANG MENCARI apa pun! Saya mungkin pergi ke China, tapi hanya jika diundang Presiden Xi, yang telah diperpanjang,” tulis Trump, dikutip dari Al Jazeera.
Saat ini, negosiator dari AS dan China sedang bertemu di Stockholm untuk mengakhiri perang tarif sebelum periode gencatan dagang berakhir pada 12 Agustus 2025. Pembahasan mencakup isu sensitif seperti kontrol ekspor, sehingga pertemuan antara Trump-Xi, semakin penting. Bonnie Glaser dari German Marshall Fund menyebut waktu kunjungan itu terlalu sensitif untuk membiarkan transit Lai.
David Sacks dari Council on Foreign Relations mengatakan bahwa Gedung Putih sedang menyiapkan pertemuan Trump-Xi sebagai upaya mencapai kesepakatan dagang. Ia menyebut AS tengah menata meja untuk agenda tersebut. Xin Qiang dari Universitas Fudan menilai bahwa keputusan soal transit dapat membantu membangun kembali kepercayaan China terhadap AS.
Namun, ia juga menyatakan bahwa langkah ini tidak cukup untuk menyelesaikan seluruh hambatan dalam sektor perdagangan dan teknologi, serta belum tentu mencegah transit Taiwan di masa depan. James Siebens dari Stimson Centre menyampaikan bahwa Presiden Lai kemungkinan tidak ingin merusak peluang pertemuan antara Trump dan Xi.
“Substansi pertemuan Trump-Xi nantinya akan menentukan bagaimana pemerintah memperlakukan Taipei di masa mendatang,” katanya.