Ilustrasi parlemen (unsplash.com/Marco Oriolesi)
Dilansir Associated Press, Presiden AS Joe Biden terlihat menjaga jarak dari Turki. Hal itu buntut dari pandangan dan kebijakan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang semakin otoriter, seperti mengekang hak dan kebebasan warganya.
Meskipun sesama anggota NATO, Ankara kerap berselisih dengan Washington. Itu terlihat saat Turki memutuskan beli rudal dari Rusia, dan sikap AS yang mendukung musuh Turki yakni militan Kurdi di Suriah.
Pada 2017, Turki membeli peluru kendali S-400 dari Rusia. Keputusan itu membuat Washington geram dan menjatuhkan sanksi dengan mengeluarkan Ankara dari program pengembangan pesawat tempur F-35 generasi selanjutnya.
Setelah dikeluarkan dari program F-35, Turki berniat membeli jet tempur F-16 sebanyak 40 unit. Namun langkah tersebut ditentang oleh Kongres AS.
Cavusoglu yakin bahwa kesepakatan soal F-16 dan teknologi lain untuk perbarui jet tempur miliknya akan direstui Kongres AS. Pasalnya, kesepakatan itu dinilai penting bagi pertahanan Turki sebagai anggota NATO.
“Kami telah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan (Biden), dan penting bagi pemerintah untuk menekankan bahwa kesepakatan tersebut tidak hanya penting bagi Turki tetapi juga bagi NATO,” kata Cavusoglu.
"Jika administrasi berdiri teguh, maka tidak akan ada masalah," sambung Cavusoglu.