Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jurnalis (pexels.com/Ahmed akacha)
ilustrasi jurnalis (pexels.com/Ahmed akacha)

Jakarta, IDN Times - Turki berjanji akan terus melaporkan serangan Israel kepada dunia setelah Tel Aviv, yang didukung oleh media dan pemerintah Barat, terus menargetkan jurnalis untuk membungkam kebenaran.

“Kami akan terus mengungkap dan bersuara melawan kejahatan dan standar ganda dari jaringan global yang tetap diam ketika hampir 200 jurnalis terbunuh di Gaza. Sama seperti kami menjaga saluran komunikasi tetap terbuka di Gaza, kami juga akan melakukan hal yang sama di Tepi Barat, Yerusalem dan Lebanon, serta terus melaporkan serangan Israel kepada dunia,” kata Direktur Komunikasi, Fahrettin Altun, pada Selasa (8/9/2024).

“Israel, dengan dukungan media dan pemerintah Barat, telah melakukan kampanye kekerasan secara sistematis terhadap jurnalis untuk menekan kebenaran,” katanya saat berpidato di Acara Penganugerahan Komunikator Masa Depan TRT yang ke-10.

1. Hampir 200 jurnalis tewas di Gaza

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, jumlah jurnalis Palestina yang tewas sejak dimulainya perang Israel di Gaza telah mencapai 175 orang. Pada akhir pekan, militer Israel membunuh seorang jurnalis berusia 19 tahun, Hassan Hamad, dalam serangan udara yang menargetkan rumahnya di kamp pengungsi Jabalia, Gaza utara.

"Sejak 7 Oktober, Israel telah membunuh hampir 200 jurnalis di Gaza, termasuk reporter Anadolu sendiri, Hasan Hamad, yang sengaja dijadikan target saat memotret serangan udara baru-baru ini," kata Altun.

Ia mengungkapkan, meskipun pasukan Israel secara sengaja menargetkan jurnalis, petugas kesehatan dan warga sipil, pemerintah dan media Barat terus meningkatkan dukungan mereka terhadap tindakan Israel.

“Kebenaran tidak akan terkubur. Israel akan terus menghadapi kenyataan dari kejahatan perang yang dilakukannya," tambahnya.

2. Turki akan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka

Altun menekankan kembali komitmen Turki untuk mengungkap ketidakadilan yang terjadi di Gaza maupun di tempat lainnya.

"Perjuangan kami untuk kebenaran dan keadilan akan terus berlanjut di wilayah ini, seiring kami bekerja menuju pencapaian perdamaian dan stabilitas yang abadi, seperti yang telah digariskan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan," ujarnya.

Israel terus melancarkan serangan brutal ke Gaza meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera. Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 42 ribu warga Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta hampir 97.600 lainnya terluka sejak Oktober 2023.

Konflik terbaru antara militer Israel dan kelompok Hamas ini juga telah menyebabkan hampir seluruh populasi Gaza mengungsi. Warga kini terpaksa bertahan hidup di tengah keterbatasan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade yang diterapkan oleh Israel.

3. Jurnalis di Gaza bekerja di bawah kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan

Dilansir dari Middle East Eye, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengungkapkan bahwa selama 12 bulan terakhir, jurnalis bekerja di bawah kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan, sama seperti yang dialami oleh semua warga sipil di Gaza.

"Sejak perang di Gaza dimulai, jurnalis telah membayar harga tertinggi, nyawa mereka, untuk laporan mereka. Tanpa perlindungan, peralatan, kehadiran internasional, komunikasi, atau makanan dan air, mereka tetap menjalankan tugas penting mereka untuk memberi tahu dunia tentang kebenaran," kata Carlos Martinez de la Serna dari CPJ.

"Setiap kali seorang jurnalis dibunuh, terluka, ditangkap, atau terpaksa diasingkan, kita kehilangan sebagian dari kebenaran. Mereka yang bertanggung jawab atas kerugian ini menghadapi dua pengadilan: satu di bawah hukum internasional dan satu lagi di hadapan pandangan sejarah yang tak kenal ampun," ujarnya.

Menargetkan jurnalis selama konflik merupakan kejahatan menurut hukum internasional. Israel saat ini diadili di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan pelanggaran Konvensi Genosida 1948, dalam kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan pada Desember. 

"Jurnalis Palestina dibunuh dengan tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konflik mana pun dalam 100 tahun terakhir. Dalam dua bulan sejak 7 Oktober 2023, jumlah jurnalis yang dibunuh sudah melebihi jumlah keseluruhan selama Perang Dunia II," demikian bunyi gugatan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah