Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ranpur Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)
ilustrasi ranpur Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Jakarta, IDN Times - Ketegangan dalam krisis Ukraina semakin meningkat. Kelompok separatis atau pemberontak di Donbas melakukan mobilisasi umum. Pemimpin kelompok separatis mendesak warga pasukan cadangan untuk datang memenuhi wajib militer.

Ukraina telah memiliki masalah internal di bagian timur negaranya, yang disebut Donbas. Ada dua wilayah yang memerdekakan diri di daerah tersebut, yaitu Republik Donetsk dan Republik Luhansk. Sebagian besar rakyat di wilayah itu adalah warga Ukraina penutur bahasa Rusia.

Pasukan Ukraina dengan dua kelompok separatis bentrok pada tahun 2014. Lebih dari 13.000 orang tewas. Sampai kini, gencatan senjata kerap disepakati tapi ketegangan di daerah perbatasan terus berlangsung, yang sesekali terlibat baku tembak.

Mobilisasi umum yang dilakukan oleh kelompok separatis dipicu oleh ledakan bom di wilayah yang mereka kuasai. Kelompok separatis menuding pasukan Ukraina akan melancarkan agresi, tapi Ukraina membantah dan menuding balik bahwa itu adalah provokasi.

1. Mobilisasi umum pengerahan pasukan

Ilustrasi militer (Unsplash.com/ Filip Andrejevic)

Republik Donetsk dipimpin oleh Denis Pushilin dan Republik Luhansk dipimpin oleh Leonid Pasechnik. Mereka adalah pemimpin kelompok separatis yang telah berusaha memisahkan diri dari Ukraina. Rusia disebut sebagai pendukung utama kelompok itu.

Pada hari Sabtu (19/2/22), dua pemimpin wilayah pemberontak mengumumkan mobilisasi umum. Pengumuman telah memicu eskalasi lebih lanjut di tengah krisis Ukraina yang semakin mengkhawatirkan.

Dilansir The Moscow Times, mobilisasi umum itu dilakukan setelah OSCE melaporkan terjadi peningkatan signifikan dalam serangan di garis depan bagian timur Ukraina yang dikendalikan dua kelompok pemberontak.

Pushilin dalam pengumumannya mengatakan "saya mendesak warga negara saya yang berada di cadangan untuk datang ke kantor wajib militer. Hari ini saya menandatangani dekrit tentang mobilisasi umum."

Pasechnik yang memimpin Luhansk menerbitkan sebuah dekrit yang mengatakan tindakan di wilayahnya mempersiapkan diri untuk "penolakan agresi." Pasechnik mengatakan semua pria berusia 18 hingga 55 tahun dilarang meninggalkan daerah itu dan mengikuti perintah mobilisasi umum.

2. Ledakan bom dan evakuasi warga sipil

Peningkatan eskalasi di timur Ukraina dipicu oleh ledakan bom yang terjadi di dua wilayah pemberontak. Pada Jumat, sebuah mobil milik pasukan separatis, Denis Sinenkov, meledak di luar gedung pemerintah Donetsk. Kekerasan yang ditargetkan seperti itu, dikabarkan tidak biasa terjadi di Donetsk.

Lalu dua ledakan lain juga terjadi di Luhansk. Dilansir Associated Press, setidaknya ada dua ledakan di kota itu, salah satunya terjadi di pipa gas alam. Total ada tiga ledakan bom di dua wilayah kelompok pemberontak.

Sampai sejauh ini tidak ada laporan mengenai korban. Selain itu, tidak ada konfirmasi independen dari ledakan tersebut. Pejabat Luhansk menuduh insiden terjadi karena sabotase.

Dari ledakan itu, pejabat Luhanks dan Donetsk melakukan evakuasi penduduk sipil di hari Sabtu. Mereka diungsikan ke Rusia, negara yang dituduh telah mendukung kelompok pemberontak.

Lebih dari 6.000 warga Donetsk telah meninggalkan kota dan sekitar 25.000 warga Luhansk juga telah meninggalkan kota tersebut. Puluhan ribu lainnya telah bersiap pergi dan bertumpuk di antrean.

Rusia yang berbatasan langsung dengan wilayah pemberontak Ukraina segera memberi tanggapan. Wilayah Rostov Rusia mengumumkan keadaan darurat karena banjirnya pengungsi.

Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan memerintahkan pejabat yang bertanggung jawab untuk menawarkan 10.000 rubel atau Rp1,8 juta kepada setiap pengungsi, setara dengan sekitar setengah gaji bulanan wilayah pemberontak.

3. Ukraina tidak akan menanggapi provokasi

Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina (Twitter.com/Володимир Зеленський)

Salah satu ketakutan dalam krisis Ukraina, yang diperkirakan bahwa Rusia akan menginvasi negara tersebut, adalah provokasi di wilayah pemberontak Donbas. Eskalasi yang meningkat saat ini, dinilai oleh Kiev sebagai provokasi.

Ukraina telah menegaskan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk melakukan agresi ke Donetsk dan Luhansk. Tapi karena ketegangan dan baku tembak di perbatasan, pada Sabtu, Kiev mengatakan seorang tentara Ukraina tewas ketika bentrok dengan pemberontak.

Dilansir Al Jazeera, komando militer gabungan Ukraina mengatakan "sebagai akibat dari serangan penembakan (separatis), seorang tentara Ukraina mengalami luka parah akibat pecahan peluru."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang sedang dalam perjalanan ke Jerman untuk menghadiri konferensi keamanan menanggapi eskalasi di Donbas. Dia mengatakan  "kami tidak menanggapi provokasi dan berusaha untuk membangun perdamaian secara eksklusif melalui diplomasi."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team