Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi tentara (freepik.com/senivpetro)
Ilustrasi tentara (freepik.com/senivpetro)

Intinya sih...

  • Rusia menempatkan 50 ribu pasukan di dekat Sumy, Ukraina utara, sebagai persiapan serangan besar.
  • Pasukan Rusia terkuat berada di front Kursk, sekitar 18 mil dari Sumy; Ukraina siap hadapi potensi serangan besar.
  • Kiev kirim delegasi ke Istanbul untuk pembicaraan damai setelah pertemuan awal Mei 2025 gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan bahwa Rusia telah menempatkan sekitar 50 ribu pasukan di dekat wilayah Sumy, Ukraina utara, sebagai persiapan serangan besar.

Ketegangan meningkat setelah kemajuan Rusia di wilayah Kursk yang berbatasan langsung dengan Sumy. Zelenskyy mengatakan bahwa Kiev telah menyiapkan strategi pertahanan guna mencegah serangan skala besar dari Moskow.

Meski beberapa desa perbatasan dikuasai Rusia, Ukraina masih mempertahankan sebagian wilayah di Kursk sebagai bentuk ketahanan militer.

1. Ancaman Rusia di wilayah Sumy

Menurut intelijen Ukraina, pasukan Rusia terkuat kini berada di front Kursk, sekitar 18 mil dari Sumy. Ukraina telah menyiapkan pertahanan menghadapi potensi serangan besar.

Wilayah Sumy menjadi sasaran serangan mematikan Rusia, termasuk serangan rudal pada April 2025 yang menewaskan 35 warga sipil dan melukai lebih dari 100 orang. Dilansir The Independent, serangan ini merupakan yang paling mematikan terhadap warga sipil Ukraina tahun ini.

Di tengah tekanan, pasukan Ukraina berhasil mendorong mundur militer Rusia sejauh 4 kilometer di wilayah Kostyantynivka, Ukraina timur. Dilansir The Star, Zelenskyy menyebut keberhasilan ini sebagai bukti ketahanan menghadapi serangan bertahap Rusia.

2. Upaya diplomasi di tengah konflik

Zelenskyy mengonfirmasi pengiriman delegasi ke Istanbul pada Selasa (14/5/2025) untuk pembicaraan damai, meski dirinya tidak hadir langsung.

Dilansir CNN, langkah ini diambil setelah Rusia menyatakan minat bernegosiasi, meskipun usulannya ditolak karena dianggap mengancam kedaulatan Ukraina.

“Kami melihat Turki, Vatikan, dan Swiss sebagai lokasi realistis untuk negosiasi lanjutan,” ujarnya.

Namun Zelenskyy menuding Presiden Rusia Vladimir Putin hanya memperpanjang pembicaraan untuk melanjutkan agresi militer.

“Pembangunan pasukan Rusia menunjukkan bahwa Moskow tidak berniat menghormati diplomasi,” ujar Zelenskyy. 

Pertemuan di Istanbul pada awal Mei 2025 gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata. Melansir BBC, pertukaran 1.000 tawanan menjadi satu-satunya hasil konkret, mencerminkan sulitnya mencapai perdamaian di tengah konflik yang terus berlanjut.

3. Ketegangan di Kursk dan Belgorod

Ukraina masih mempertahankan operasi militer di wilayah Kursk meski telah kehilangan sejumlah wilayah sejak serangan balasan Agustus 2024.

“Kami terus melakukan operasi aktif di wilayah perbatasan musuh untuk melindungi Sumy dan Kharkiv.” ujar Zelenskyy, dilansir CNN. 

Sementara itu, Rusia mengklaim telah merebut kembali desa-desa di sekitar Sudzha, Kursk, dan mengevakuasi lebih dari 300 warga sipil. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pasukannya telah menguasai kembali wilayah strategis, namun Ukraina membantah klaim bahwa pasukannya terkepung.

“Laporan tentang pengepungan pasukan kami adalah kebohongan untuk tujuan politik,” ujar Zelenskyy. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team