Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (instagram.com/zelenskiy_official)
Rafael Loss, di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, mengatakan bahwa Ukraina tidak benar-benar memenuhi kriteria untuk menjadi anggota.
Di sisi politik, negara calon anggota harus menerapkan reformasi di bawah rencana keanggotaan. Di sisi militer, calon anggota harus berkontribusi dalam memperkuat kapasitas aliansi bukan malah melemahkan atau menuntut keamanan dari NATO.
Hal itu berarti aneksasi Rusia pada 2014 telah memperkecil kemungkinan Ukraina menjadi anggota, karena sengketa wilayah atas Krimea, kata Loss.
"Dengan menginvasi Ukraina pada 2014 dan dengan menginvasi Georgia pada 2008, Rusia secara efektif menetapkan ‘hak veto’ atas keanggotaan kedua negara itu," kata Loss, merujuk pada sengketa wilayah yang menyebabkan proses keanggotaan terhambat.
William Alberque, peneliti dari Strategid Studies, mengatakan bahwa kemampuan militer Ukraina telah meningkat sejak 2014. Mereka perlu menerapkan reformasi hukum, ekonomi, dan antikorupsi untuk bergabung dengan aliansi militer itu.
"Dalam hal anti-korupsi, reformasi, dan reformasi militer, mereka semakin dekat, tetapi, sekali lagi, (perlu) lebih baik dalam militer dan masih ada rintangan pada korupsi pemerintah, dan reformasi peradilan," tambah Alberque.
Tetapi, dia tidak setuju dengan alasan bahwa keanggotaan Ukraina tertunda karena perseisihan wilayah akibat invasi Rusia.
"Jerman diduduki oleh Uni Soviet selama Perang Dingin, namun mereka bergabung dengan aliansi pada 1955. Faktanya, proyek untuk menyatukan kembali Jerman adalah salah satu penyebab utama Barat dan NATO," katanya.
Pada Konferensi Munich, Presiden Zolonskyy menagih janji NATO. Dia meminta agar aliansi memberikan timeline yang jelas terkait proses keanggotaannya.
“Kami berhak menuntut jaminan keamanan dan perdamaian,” kata dia.
Sebagai catatan, jika Ukraina menjadi anggota NATO kemudian Rusia melancarkan invasi, maka konflik tersebut akan diinternalisasi, yang berarti seluruh anggota NATO memiliki kewajiban untuk membela Ukraina sebagai negara anggotanya, sekaligus menjadikan Rusia sebagai musuh bersama.