Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kremlin ke NATO: Jangan Coba Ekspansi ke Ukraina

Presiden Putin dan Presiden Lukashenko sedang duduk bersama menghadiri Parade Militer Kemenagan Rusia, pada 24 Juni 2020. twitter.com/ASLuhn

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kremlin Dmitri Peskov menegaskan kembali posisi Rusia bahwa mereka menolak keras penggabungan Ukraina ke dalam Pakta Pertahanan NATO. Pernyataan itu disampaikan Peskov, Senin (27/09) ketika adanya laporan dari Belarusia jika Amerika Serikat tengah membangun pusat pelatihan militer di Ukraina.

Melansir Reuters, tuduhan pembangunan pusat militer oleh Amerika di Ukraina tersebut disampaikan tidak lain oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. Presiden Belarusia itu lalu menjelaskan jika ia bersama Presiden Rusia Vladimir Putin akan membahas masalah ini. 

1. Belarusia siap dukung Rusia antisipasi ancaman NATO

Pertemuan Presiden Belarusia, Lukashenko, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Sochi, Rusia, pada 14 September 2020. twitter.com/KremlinRussia_E

Sebagai satu-satunya sekutu yang diandalkan Rusia di Kawasan Eropa, Belarusia tidak pernah lepas dari pengaruh Kremlin. Dikutip dari Reuters, pemerintah Belarusia diwakili Alexander Lukashenko memastikan Belarusia akan selalu bersama Rusia mengantisipasi kekuatan NATO yang menurut mereka semakin meningkat.

"Sudah sangat jelas kita harus bertindak atas ini (ancaman NATO)... Kami (Rusia-Belarusia) setuju bahwa diperlukan beberapa jenis tindakan sebagai respon,"  ujar Lukashenko.

Di sisi lain, Belarusia dikabarkan telah meresmikan sebuah pusat latihan militer gabungan bersama Rusia, di mana nantinya fasilitas itu akan digunakan sebagai basis sistem pertahanan udara canggih yang dimiliki Minsk. 

2. Menlu Ukraina tolak "benang merah" Rusia ada di luar perbatasannya

Pasukan Ukraina dalam sebuah latihan militer gabungan bersama NATO. twitter.com/LANDCMD

Kremlin terus menekankan kepada NATO jika Ukraina merupakan "benar merah" Presiden Vladimir Putin. Penekanan ini menjadi peringatan keras sebagaimana Rusia dikabakarkan tidak segan menyeret NATO dalam perang besar apabila Ukraina menjadi anggota ke-31 NATO.

Menanggapi pernyataan Kremlin, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menolak semua pernyataan Rusia karena menurutnya "benang merah" milik Putin hanya sebatas teritori Rusia, seperti yang dilansir dari RFE/RL

Kuleba kemudian menjelaskan bahwa Ukraina memiliki haknya sendiri sebagai negara berdaulat untuk memilih apa yang terbaik, secara khusus terkait keamanan nasionalnya.

3. Ancaman konfrontasi Rusia-Ukraina semakin serius

Kapal Perang Rusia di Markas Armada Laut Hitam Rusia di Kota Sevastopol, Krimea. twitter.com/mod_russia

Aneksasi Krimea 2014 dan dugaan intervensi militer dalam konflik Ukraina Timur oleh Federasi Rusia membuat hubungan Rusia-Ukraina merosot tajam. Hilangnya kepercayaan Kiev terhadap Moskow membuatnya berpaling ke NATO demi menjamin keamanan dari ancaman Rusia.

Dilaporkan Reuters, gencarnya latihan perang yang dilakukan militer Ukraina bersama NATO pasca 2014 secara tidak langsung mengusik kepentingan Rusia atas Ukraina. Militer Rusia yang beberapa waktu lalu sempat menyiagakan lebih dari 100 ribu prajuritnya di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina menjadi contoh konkret ketika Kremlin merasa NATO sudah di luar batas. 

Meskipun indikasi perang antara NATO dan Rusia tidak separah Kawasan Laut China Selatan, namun dinginnya relasi NATO-Rusia seperti membawa keduanya dalam ambang konfrontasi layaknya ketika Perang Dingin. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us