Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Ukraina (pexels.com/@matreding)
ilustrasi bendera Ukraina (pexels.com/@matreding)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Ukraina mengungkapkan keinginannya mengundang Presiden Brasil, Lula da Silva untuk berkunjung ke negaranya. Mereka ingin Lula tahu pasti penyebab utama di balik agresi Rusia ke Ukraina. 

Hal itu disampaikan Ukraina pada Selasa (18/4/2023). Sehari sebelumnya, pemerintah Brasil menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov di Brasilia. Dalam kesempatan itu, Lavrov menyatakan apresiasinya kepada Brasil atas pandangan dalam mendukung upaya perdamaian. 

1. Ukraina ingin akhiri konflik yang didasarkan formula Zelenskyy

Juru bicara Kemlu Ukraina, Oleg Nikolenko, menyatakan apresiasi terhadap upaya Brasil dalam mencari solusi perdamaian untuk mengakhiri perang. Namun, Kiev menolak persamaan antara korban dan agresor. 

"Kami mengapresiasi upaya Brasil dalam mengakhiri perang di Ukraina. Namun, pendekatan yang menempatkan korban dan agresor dalam skala yang sama dan menuding negara-negara membantu Ukraina untuk melindungi negaranya adalah penyulut peperangan tidak sesuai dengan kenyataan," tutur Nikolenko, dikutip Politico.

"Peperangan sedang dilakukan di tanah Ukraina dan ini mengakibatkan penderitaan dan kerusakan yang tidak bisa diungkapkan. Lebih dari apapun yang kita inginkan, kami mengupayakan mengakhiri konflik ini dari formula yang dirumuskan oleh Presiden Zelenskyy," tambahnya. 

2. Lula ingin bentuk G20 untuk damaikan Ukraina

Presiden Brasil, Lula da Silva juga sudah menyatakan keinginannya membentuk format mirip G20 dalam menyelesaikan perang di Ukraina. Ia juga menyebut bahwa perang ini diakibatkan keputusan kedua belah pihak. 

"Presiden Rusia, Vladimir Putin tidak menginisiasi penghentian perang. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy juga tidak menginisiasi untuk menghentikan perang. Eropa dan AS terus berkontribusi dalam kelanjutan perang. Maka dari itu, mereka harus duduk dan bernegosiasi dan berkata: ini sudah cukup," papar Lula, dikutip Ukrainska Pravda.

"G20 diciptakan untuk membantu ekonomi global yang sedang dalam krisis. Sekarang, penting dibuat G20 lainnya untuk mengakhiri perang dan membangun kedamaian. Ini adalah intensi saua dan saya pikir akan sangat sukses. Kemarin, saya berbicara dengan Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed Bin Zayed Al Nahyan dan Presiden China, Xi Jinping yang semuanya memilih jalur damai ketimbang perang," tambahnya.

Lula juga sudah mengadakan diskusi dengan Presiden AS, Joe Biden, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron serta beberapa negara Amerika Selatan dalam mendiskusikan inisiatif ini. 

3. AS sebut ungkapan Menlu Brasil tidak mencerminkan netralitas

Juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa ungkapan Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira tidak mengindikasikan sikap netralitas dalam perang di Ukraina, terutama setelah bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov. 

"Kami terkejut dengan pernyataan Menlu Brasil dalam konferensi pers kemarin yang justru tidak menggambarkan netralitas. Ia menyebut bahwa AS dan Eropa tidak berkeinginan mencari jalur damai dan bertanggung jawab atas perang ini. Kami percaya bahwa ini salah," kata Jean-Pierre, dilansir Ukrinform.

Ia menyebut bahwa AS menginginkan perang yang dilakukan Putin segera berakhir dan memberikan dukungan kepada Presiden Zelenskyy sesuai dengan Piagam PBB. Jean-Pierre juga mengungkapkan AS dan UE sudah aktif dalam mengajak Putin mencegah terjadinya perang ini. 

"Sayangnya, Rusia tidak menunjukkan keinginan dalam mengakhiri invasi ke Ukraina. AS akan terus melanjutkan pekerjaan dengan sekutunya dalam membantu Ukraina mempertahankan negaranya dari agresi Rusia," sambungnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team