Jakarta, IDN Times - Komisi Tinggi untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan aksi anarkis mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya di Banda Aceh pada 27 Desember 2023 lalu dipicu oleh kampanye daring yang terkoordinasi, hingga akhirnya terjadi kebencian. Dengan adanya kampanye daring yang terkoordinasi itu juga merusak upaya Indonesia dalam menyelamatkan nyawa orang-orang yang putus asa dan terombang-ambing di laut.
"Serangan massa terhadap pengungsi bukanlah sebuah tindakan yang terisolasi. Namun, hasil dari kampanye daring terkoordinasi yang berisi misinformasi, disinformasi dan ujaran kebencian terhadap pengungsi," ujar juru bicara UNHCR Indonesia, Mitra Salima dan dikutip dari kantor berita ANTARA pada Jumat (29/12/2023).
Ia mengaku prihatin karena aksi anarkis itu justru menyasar kelompok pengungsi yang mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak. Total ada 137 pengungsi yang diusir dari tempat penampungan sementara di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA). Aksi anarkis itu, kata Mitra, membuat pengungsi tersentak dan trauma.